Source Code

WEB, DESKTOP, MOBILE, Mata Kuliah, Ebook, Artikel, Jurnal Teknologi Informasi, Inspirasi , Motivasi, Literasi, Seputar Islam dan Cerita Lucu

Gambar Koala

Monday 5 July 2021

I Love You Too

 

cinta,love,fisrt,sma,sekolah,cerpen,cerbung,novel

Pada suatu hari ….

 

“Hai, sstt … denger-denger hari ini bakalan datang siswa baru, lho, Cha, pindahan dari Subang.” Baru datang ke kelas Hira sudah nyerocos padahal bokongnya saja belum nempel ke kursi. Aku yang sedang menyuap sarapan yang belum kelar dari rumah langsung tersedak.

 

“Bikin kaget aja! Dapet dari mana infonya? Akurat?” tanyaku sambil menyeruput minuman dari botol tumbler.

 

“So pasti, akoh gitu, lho. Terdepan dan terpercaya dalam berita.” Bangganya.

 

“Kamu nggak sarapan di rumah?” Lanjutnya sambil ikut mencomot nugget.

 

“Sarapan, cuma tadi belum tamat keburu dipanggil ayah. Sayang, kan, mubazir kalau nggak di habisin.” Hira mengambil lagi nugget dari kotak bekalku.

 

“Em … emang, ya, masakan bunda kamu top bgt, lah. Pantesan anaknya subur.”

 

“Subur juga cantiknya ngalahin cewek idaman sekolah.”

 

“Yups, setuju, Ulfa cantik tapi kamu manis, makanya aku nggak malu jalan bareng tapi sayang kamu payah matematika, jadi tetep skor satu buat Ulfa.” Ulfa adalah anak IPA yang katanya kecerdasan dan cantiknya mirip artis yang lulus kuliah S2 di universitas negeri paman sam.

 

“Dasar, temen nggak ada ahlak.”

 

“Kamu kalau lihat dia pasti bakalan melongo, Cha.”

 

“Nggak akan, Hira!”

 

“Kita lihat saja. Taruhan.”

 

“Nggak boleh itu.”

 

“Cuma taruhan nugget doang. Kalau kamu ternyata terpesona sama itu orang, aku minta nugget bunda kamu sampai kita lulus.”

 

“Lama amat, Hira. Kalau aku memang nggak suka?”

 

“Ya … tetep aja nuggetnya buatku.”

 

“Dasar curang.”

 

Lalu tiba saatnya anak baru masuk ke kelas didampingi ibu Resa wali kelas kami. God … he is … apa, ya, gambaran pas untuknya, renyah? Ah bukan, memangnya dia kerupuk? Aku bayangin seperti makan  kue egg roll, renyah pas digigit, manisnya nggak kebangetan di mulut … duh aku kenapa jadi ingat makanan sih, masa orang cakep di samain kue? Ini gara-gara bunda yang suka bikin kue egg roll. But … realy dia cakep bukan kaya opa-opa Korea yang putih klimis, ini sih cowok Indonesia banget.

 

Dari samping dapat kurasakan Hira sedang mengamati, dia mulai menyenggol-nyenggol dengan sikunya.

 

“Iya kan?” Dengan menurun naikan alis matanya, ck … menyebalkan.

 

“Nggak, kulitnya juga lebih hitam dariku, apanya yang istimewa, B aja.”

 

“Tapi aku tadi liatin, matamu nggak kedip lima belas detik, lho. Lama itu, Icha.”

 

“Paan, sih! Sempet-sempetnya ngitung kedipan, serah, deh,” sungutku.

 

Rasi namanya pindah ke Bandung karena bapaknya mutasi kerja, orangnya nggak ngebosenin kalau dipandang, betah aja gitu liatnya. Dapet duduk paling belakang karena yang tersisa tinggal itu tapi untungnya sebaris denganku, eh … kok untung? Plak! Aku pukul kedua pipi, pikiranku mulai ngelantur, fokus, fokus belajar Icha jangan mulai. Duh … kenapa aku dikit-dikit pengen nengok ke belakang, ya? Tahan Icha, tahan, jangan sampai bualan Hira itu benar!

 

Suatu hari, pada hari Rabu yang mata pelajaran Matematikanya empat jam langsung tanpa jeda -bisa bayangkan betapa tersiksanya aku- kami disuruh bikin kelompok dan memang takdir itu indah aku yang payah soal hitungan sekelompok dengannya yang jago matematika, Tuhan terima kasih.

 

 Bangku dua dirapatkan kami berlima Rasi, Zaki, Salu, Hira dan aku, kami duduk melingkar. Tentu saja Rasi yang jadi ketua karena dia yang pinter matematika.

 

“Oke, sebelum kita bagi-bagi tugas, tadi bu Neneng udah jelasin, sekarang aku coba ulang tapi sedikit, ya….”

 

Duh … senyumnya bikin nagih, lama kelaman kalau senyum terus bisa diabet aku, dan bla, bla, bla, aku sama sekali nggak ngerti apa yang diomongin Rasi, baca sin,cos,tangen aja kepalaku langsung muter-muter, herannya kok bisa dia lancar ngomong jelasin itu cos cosan, dikasih makan apa sih itu otak?

 

“Icha, hey, Icha ngerti nggak?” Tiba tiba Hira menyenggolku dengan keras. Aku yang sedari tadi cuma merhatiin sang ketua ngomong jadi gelagapan.

 

“Eh? Apa? Iya?”

 

“Makanya didenger omongannya bukanya diliatin mukanya,” bisik Hira ke telingaku.

 

“Hm, maaf, ya aku memang payah pelajaran ini, bener, tadi aku udah berusaha ngerti penjelasan bu Neneng dan kamu tetep aja aku masih loading. Kayanya aku harus les privat sama kamu, deh.” Eh, aku menutup mulutku. Aku langsung menyesali kata terakhir yang terlontar, dasar kurang ajar banget ini mulut, aku, kan jadi malu.


“Hehe … becanda, Rasi,” lanjutku dengan senyum malu-malu kucing.

 

“Nuggetnya mulai besok, ya,” bisik Hira lagi.

 

“Nggak becanda juga, aku siap.” Rasi menjawab.

 

“Hah?” Spontan aku, Salu dan Hira berucap.

 

“Aku juga mau,” kata Hira.

 

“Aku juga,” ucap Salu selanjutnya.

 

“Temen sebangkumu juga ajak, dong, Rasi!” rajuk Zaki.

 

Hari Sabtu dipilih untuk kami belajar bersama, karena hari itu sekolah kami libur dan memilih tempat dirumahku, alasannya karena bunda jago masak, banyak makanan jadi nggak akan kelaparan, itu alasan Hira, untuk urusan makanan semua pasti sejutu. Aku sih seneng-seneng aja berasa di apelin, hehe.

 

Semenjak itu, aku jadi giat ke sekolah, bertemu dengannya sesuatu hal yang selalu dirindukan. Untuk pelajaran matematika sedikit banyak kemajuan, setidaknya kalau ada peer aku tak perlu mencontek lagi, kan, sudah dikerjain bareng-bareng. Pepatah mengatakan ‘sambil menyelam minum air’ itu memang bagus kalau diimplementasikan dengan cara baik dan benar.

 

Pada bulan selanjutnya, entah angin apa guru matematika tiba-tiba bikin ulangan dadakan. Meskipun sudah dibahas pada saat belajar bareng, tetep otakku untuk pelajaran ini memang lemot banget, kesel juga sih sama otak sendiri, huh!

 

“Ngerjainnya di buku khusus ulangan matematika, ya!”

 

‘Kenapa nggak bilang, sih, ada ulangan jadi buku itu nggak kebawa,’ omelku dalam hati.

 

Ini guru memang sering bikin moodku ambyar pagi-pagi, udah pelajarannya susah, gurunya juga ngeselin, terpaksa aku minta ijin untuk ke kantin buat beli buku baru.

 

Soal ulangan aku liatin, lama-lama dipelototin saking susahnya, parahnya soalnya beda antar sebangku, jadi nggak bisa nyontek ke Hira. Daripada mataku pegel melototin soal, aku buka lembar paling belakang buku, biasa corat-coret di kala jenuh, di sana aku tulis ‘love you Rasi’ dengan huruf beragam dikasih kotak-kotak setiap huruf dihias sedemikian rupa, jadi terlihat artistik, aku senyum sendiri, cantik jadinya.

 

“Icha, kerjain bukannya ngegambar,” bisik Hira.

 

“Susah,” jawabku.

 

Aku menghiraukannya, anteng bikin gambar.

 

“Waktunya sepuluh menit lagi,” seru bu Neneng.

 

Waduh! Baru ngerjain satu dari tiga soal, cepat aku kerjakan semampuku, sampai waktunya habis hanya dua soal yang terisi, ketua kelas keliling buat ambil buku, nyerah deh, aku kasih juga bukunya.

 

“Ini, punya siapa, ya? Nggak ada namanya,” kata bu Neneng.

 

Gawat, karena terburu-buru jadi aku lupa ngasih nama, duh mana di belakang ada coretannya lagi. ‘Jangan ke belakang, jangan dibaca, jangan dibaca,’ harapku dalam hati. Ketar ketir aku berharap, keringat di pelipis mulai muncul, mataku terpejam sambil meratap doa.

 

“Ada tulisan di belakang nih ‘love you Rasi’, punya pacar kamu, Rasi!?” teriak bu Neneng.

 

Mati, aku!

 

Sontak seisi kelas gaduh.

 

Disamping Hira malah menertawakanku, “Ternyata, seorang Icha pemberani juga, itu buku kamu, kan? Nggak usah panik gitu, itung-itung nembak.”

 

“Rasi bagiin bukunya,” pinta bu Neneng.

 

‘Yah, kenapa juga harus dia, sih. Kalau ketahuan nanti gimana? Mau ditaruh di mana mukaku, apa aku pura-pura ke toilet, ya?’ Otakku  mulai berpikir.

 

“Oh … nugget came to mama,” ujar Hira tertawa cekikikan.

 

Belum sempat aku minta ijin ke guru, ternyata Rasi sudah ada di sampingku.

 

“Ini buku kamu, kan?” bisiknya dengan membungkukan badan.

 

Aku tidak berani jawab, hanya bisa diam mematung, setelah buku ada di depanku langsung aku buka lembar belakang mau sobek aja trus buang ke dasar laut gara-gara ini hilang sudah wibawaku. Eh … tunggu ada tulisan tambahan, aku kenal tulsan ini, ini kan?

 

‘Makasih, ya. I love you too’ tulisnya.

 

Ish …



Oleh Neng Sri

No comments:

Post a Comment