Source Code

WEB, DESKTOP, MOBILE, Mata Kuliah, Ebook, Artikel, Jurnal Teknologi Informasi, Inspirasi , Motivasi, Literasi, Seputar Islam dan Cerita Lucu

Gambar Koala

Wednesday 11 December 2019

Kita Bercerai Saja #Event KBS


literasi,cerpen,event,cerai,novel,cerita,kisah


Event KBS adalah event menulis pertama kali saya ikuti. KBS sendiri kepanjangan dari Kita Bercerai Saja, sebuah cerbung yang dibuat oleh author Ry Yani. Beliau memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menulis ending menurut versi pembaca dari cerbung KBS. Dan bagi pemenang berhak mendapatkan salah satu novel karya Ry Yani.

Dan inilah ending Kita Bercerai Saja menurut versi saya … happy reading.

----

Aku melihat sekeliling, gelapnya semakin pekat, menengadah angkasa, ternyata bintang malam ini tidak muncul, hanya suara binatang malam yang  saling bersahutan, udara yang semakin mengigit menusuk sampai ke tulang. Aku memeluk tubuhku sendiri, memutar ulang memori kebersamaan kita.

Mencintaimu membuat hidup bagaikan menaiki roller coaster, mampu membawaku ke asa yang  tinggi terkadang turun menukik tajam dan terhempas. Tapi aku memahami Mas, bukankah setiap perjalanan cinta perlu ujian, asalkan kita masih dalam satu rel yang sama, berapapun waktu yang di tempuh, kita masih dalam satu tujuan.

Aku sudah mencoba menekan ego, menyimpannya pada level terbawah, mengesampingkan rasa sakit, mengenyahkan prasangka buruk, memohon padamu agar tetap bertahan, menulis perjalanan kisah kita pada kertas putih bersih, memulai lembaran baru, demi sebuah kata keluarga utuh, demi anak-anak yang terlahir dari sentuhan cinta kasih kita, demi kamu yang aku cintai.

Tapi sungguh yang aku dapati hanya kekecewaan, kau memberikan jawaban yang ambigu, aku makmum yang perlu kata ketegasan dari seorang imam. Kau menyerahkan nahkoda kapal padaku, sedangkan kau sebagai penumpang, sebuah alur mahligai yang salah tatanan. Tidakkah kau lihat usahaku menata kepingan agar bangunan yang bernama pernikahan kembali kokoh, tidakkah kau lihat betapa aku sangat mencintaimu.

“Hei … kenapa diluar? ayo masuk, nggak bagus anginnya, kasihan nanti Arjuna mimik asinya dingin.”

Dia mendekapku erat, tatapan mata yang teduh memberikan efek kesejukkan. Kesetiannya menyimpan rasa bertahun-tahun dapat meluluhkan hati. Sentuhan lembut yang dia berikan membuatku merasakan lagi debaran di dada. Sikapnya yang tidak menuntut membentuk desiran, perlahan menyusup pada kalbu,

“Kita namakan Arjuna, sebagai pengingat nama itu adalah lelaki yang kau cintai.”  Nama itu usul darinya, ketika si kecil lahir, nama yang sama denganmu, Mas. Betapa dia sangat menghormati perasaanku. Keikhlasannya mampu membuatku berkata …  I love you.

“Hanya sebentar, pengen lihat bintang tapi ternyata nggak ada.” Jawabku.

“Teringat dia? hm? lihat sini, May!” pintanya.

“Besok hari Minggu, kita kesana, ajak anak-anak, pasti mereka kangen ayahnya.”

Lihat, betapa besar rasa itu untukku, betapa luas hatinya, dapat kulihat kecintaannya pada anak-anakku dan dengan mudah mereka dapat menerima pengganti ayahnya, bodoh jika aku tak membalasanya.

“Mas, mengapa masih cinta sama May, yang udah punya anak tiga, bekas lagi, padahal Mas bisa dapatkan gadis perawan yang lebih segalanya dari May.” Menatap lekat wajahnya.

“Jangan tanya mengapa, karena Mas juga tidak tahu jawabannya.”

Dia mengikis jarak, memberikan sentuhan lembut, pelan tapi mengigit, di luar kendali, aku memberikan lebih, dia merespon, mengimbangi keliaranku, memasuki lebih dalam, memainkannya, tanganya pun ikut bermain, tak sadar aku mengeluarkan suara desahan. Pagutan kami berhenti karena kehabisan oksigen, “ambil napas lagi,”  suaranya parau, rencana mengulang adegan tadi, tapi tiba-tiba saling menarik diri, terdengar tangisan si kecil itu artinya dia terbangun karena haus. Kening kami bersentuhan, menetralkan napas yang memburu, tersenyum, lalu masuk ke dalam.

Lihatlah Mas, wajah si kecil mirip sekali denganmu, tapi aku berharap sifat kerasnya tidak menurun padanya. Andai kau tidak memutuskan pergi dengannya, mungkin kau masih bisa melihat kembaranmu.

Aku masih ingat, hari itu kita habis bertengkar, dia datang menawarkan jasa, tanpa ku duga kau memutuskan menerimanya, tentu saja itu membuat dadaku bergemuruh, kalau sekedar mengantar kontrol ke dokter aku pun masih bisa, kau meninggalkanku yang terisak menahan amarah. Tapi hidup untuk satu jam kedepan pun kita tak tahu, kecelakaan beruntun terjadi, berawal dari sebuah truk yang hilang kendali, dari sekian banyak mobil yang hancur, mobil yang kau tumpangi salah satunya.

Rasa bersalah ku membumbung tinggi, berandai-andai pun tidak dapat memutar waktu. Untungnya aku di kelilingi orang-orang yang menyayangi, salah satunya lelaki yang sedang memelukku sekarang. Mereka dapat mengembalikan semangat hidup, sehingga aku bisa menerima dengan lapang suratan dari sang Illahi.

“Sudah tidur dedenya?” Dia bertanya dengan tangannya yang tak mau diam menjelajah.

“Kenapa.” Aku tersenyum menggoda, tak mau kalah tanganku pun ikut menelusur.

Suara jantungku berdetak tak karuan, dapat kuraba dadanya berdetak kencang, napas kami saling memburu, berselancar dalam setiap jengkal tubuh, meresapi kenikmatan dalam setiap sentuhan, tak terelakkan suara khas menyambut, bergelut dalam satu alunan simponi yang sama, tak dapat ku sangka aku dapat merasakannya kembali, pada perjalanan menuju puncak tertinggi, aku bisikan kata, “I love you, Mas Abim.”


oleh Neng Sri

Terima kasih untuk SubScribe, Like & Share 





No comments:

Post a Comment