Source Code

WEB, DESKTOP, MOBILE, Mata Kuliah, Ebook, Artikel, Jurnal Teknologi Informasi, Inspirasi , Motivasi, Literasi, Seputar Islam dan Cerita Lucu

Gambar Koala
Showing posts with label Jendela Islam. Show all posts
Showing posts with label Jendela Islam. Show all posts

Tuesday 22 May 2018

KISAH BAJU LEBARAN CUCU NABI MUHAMMAD SAW

Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain tidak memiliki pakaian baru untuk lebaran,  sedangkan hari raya sebentar lagi datang.

Mereka bertanya kepada ibunya : "Wahai ummah, anak-anak di Madinah telah dihiasi dengan pakaian lebaran kecuali kami, mengapa bunda tidak menghiasi kami … ?"

Sayyidah Fathimah
as menjawab : “Sesungguhnya baju kalian berada di tukang jahit".

Ketika malam hari raya tiba, mereka berdua mengulangi pertanyaan yang sama.

inspirasi,motivasi,islam

Sayyidah Fathimah
menangis karena tidak memiliki uang untuk membeli baju buat kedua buah hatinya itu.
Ketika malam tiba, ada yang mengetuk pintu rumah, lalu Sayyidah Fathimah 
bertanya : "Siapa …?"

Orang itu menjawab : "Wahai putri Rasulullah, aku adalah tukang jahit, aku datang membawa hadiah pakaian untuk putra-putramu".

Maka Beliau pun membuka pintu, tampak seseorang membawa sebuah bingkisan hadiah,

lalu diberikan kepada Sayyidah Fathimah Radhiyallahu ‘anha.


Kemudian beliau membuka bingkisan tersebut, dan ternyata didalamnya terdapat 2 gamis, 2 celana, 2 mantel, 2 sorban, serta 2 pasang sepatu hitam yang semuanya sangat indah.

Lalu Sayyidah Fathimah
membangunkan kedua putra kesayangannya dan memakaikan hadiah tersebut kepada mereka.

Rasulullah SAW
datang dan melihat kedua cucunya sudah dihiasi dengan semua hadiah yang terdapat dalam bingkisan tersebut.

Kemudian Rasulullah SAW
menggendong kedua cucunya dan menciumi mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Rasulullah SAW
bertanya kepada Sayyidah Fathimah : "Apakah engkau melihat tukang jahit tersebut …?"

Sayyidah Fathimah
menjawab : "Iya, aku melihatnya …"

Lalu Rasulullah SAW
bersabda : "Duhai putriku, dia bukanlah tukang jahit, melainkan Malaikat Ridwan penjaga surga …"

Para penghuni langit dan bumi bersedih jika kedua cucu Rasululullah SAW bersedih, malaikat pun bersedih....

Sumber : Denny Hanan

Wednesday 18 April 2018

WANITA YANG KEMATIANNYA DISAMBUT PARA MALAIKAT


Kisah ini mungkin telah sering kita dengar. Namun, sekedar mengingatkan kembali tentang perjuangan wanita mulia ini, semoga dapat mengembalikan ghirah kita untuk juga bisa menteladani beliau, wanita yang ‘berhati baja’.

inspirasi,motivasi


Nusaibah Binti Ka’ab radhiyallahu anha, namanya tercatat dalam tinta emas penuh kemuliaan.
Bahkan kematiannya mengundang ribuan malaikat untuk menyambutnya.

Hari itu Nusaibah sedang berada di dapur. Suaminya, Said sedang beristirahat di bilik tempat tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nusaibah menerka, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di kawasan Gunung Uhud. Dengan bergegas, Nusaibah meninggalkan apa yang sedang dilakukannya dan masuk ke bilik. Suaminya yang sedang tertidur dengan halus dan lembut dikejutkannya.

“Suamiku tersayang”, Nusaibah berkata, “Aku mendengar pekik suara menuju ke Uhud. Mungkin orang-orang kafir telah menyerang.”

Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Dia menyesal mengapa bukan dia yang mendengar suara itu. Malah isterinya. Dia segera bangun dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu dia menyiapkan kuda, Nusaibah menghampiri. Dia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.

“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang.”

Said memandang wajah isterinya. Setelah mendengar perkataannya itu, tak pernah ada keraguan padanya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju ke utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu semakin mengobarkan keberanian Said.

Di rumah, Nusaibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda yang nampaknya sangat gugup.

“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru sahaja gugur di medan perang. Beliau syahid…”

Nusaibah tertunduk sebentar,
“Inna lillah…..” gumamnya,
“Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat, Nusaibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan,

“Amar, kaulihat Ibu menangis?.. Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah Syahid. Aku sedih karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?”

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.

“Ambillah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terhapus.”

Mata Amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku ragu, seandainya Ibu tidak memberi peluang kepadaku untuk membela agama Allah.”

Putera Nusaibah yang berbadan kurus itu pun terus menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak terlihat ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di hadapan Rasulullah, ia memperkenalkan diri.

“Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayahku yang telah gugur.”

Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung hingga petang. Pagi-pagi seorang utusan pasukan Islam berangkat dari perkemahan di medan tempur, mereka menuju ke rumah Nusaibah.

Setibanya di sana, wanita yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan?..” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “Apakah anakku gugur?..”

Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”

“Inna lillah….” Nusaibah bergumam kecil. Ia menangis.
“Kau berduka, ya Ummu Amar?..”

Nusaibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatkan?.. Saad masih kanak-kanak.”

Mendengar itu, Saad yang sedang berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putera seorang ayah yang gagah berani.”



Nusaibah terperanjat. Ia memandang puteranya. “Kau tidak takut, nak?..”

Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng, yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nusaibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan tentara itu.

Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu Akbar!..”

Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nusaibah.

Mendengar berita kematian itu, Nusaibah meremang bulu tengkuknya.
“Hai utusan,” ujarnya, “Kau saksikan sendiri aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diriku yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”

Sang utusan mengerutkan keningnya.
“Tapi engkau wanita, ya Ibu….”

Nusaibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku karena aku wanita?.. Apakah wanita tidak ingin pula masuk ke Syurga melalui jihad?..”

Nusaibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas menghadap Rasulullah dengan mengendarai kuda yang ada.

Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nusaibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum.

“Nusaibah yang dimuliakan Allah. Belum masanya wanita mengangkat senjata. Untuk sementara engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”

Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nusaibah pun segera menenteng obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur.

Dirawatnya mereka yang mengalami luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk dan memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba rambutnya terkena percikan darah. Nusaibah lalu memandang. Ternyata kepala seorang tentara Islam tergolek, tewas terbabat oleh senjata orang kafir.

Timbul kemarahan Nusaibah menyaksikan kekejaman ini.

Apalagi ketika dilihatnya Rasulullah terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh. Nusaibah tidak dapat menahan diri lagi, menyaksikan hal itu.

Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang tewas itu.
Dinaiki kudanya.
Lantas bagaikan singa betina, ia mengamuk.

Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang.

Hingga pada suatu waktu ada seorang kafir yang mengendap dari arah belakang, dan langsung menebas putus lengan kirinya. Nusaibah pun terjatuh, terinjak-injak oleh kuda. Peperangan terus berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga tubuh Nusaibah teronggok sendirian.

Tiba-tiba Ibnu Mas’ud menunggang kudanya, mengawasi kalau-kalau ada orang yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat ada tubuh yang bergerak-gerak dengan susah payah, dia segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu.

Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Isteri Said-kah engkau?..”

Nusaibah samar-sama memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, “Bagaimana dengan Rasulullah?.. Selamatkah baginda?..”

“Baginda Rasulullah tidak kurang suatu apapun…”

“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan?.. Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”

“Engkau masih terluka parah, Nusaibah….”

“Engkau mau menghalangi aku untuk membela Rasulullah?..”

Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nusaibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke medan pertempuran. Banyak musuh yang dijungkirbalikkannya. Namun karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus oleh sabetan pedang musuh.

Gugurlah wanita perkasa itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.

Tiba-tiba langit berubah mendung, hitam kelabu. Padahal tadinya langit tampak cerah dan terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak.

Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya,

“Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan?.. Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nusaibah, wanita yang perkasa.”

Subhanallah..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..

Tanpa pejuang sejati seperti dia, mustahil agama Islam bisa sampai dengan damai kepada kita yang hidup di jaman sekarang.

Semoga Allah ‘Azza Wa Jalla menempatkan mereka, dan kita semua di Syurga-Nya disamping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Aamiin..

Apa yang telah kita perbuat untuk menegakkan Dienullah Islam ?

Wallahu'alam..

Sumber : Kiriman WA Teman - Deni

Monday 12 February 2018

Perumpamaan Terbelahnya Laut seperti Gunung yang besar.

AL-QURA’AN menjelaskan terbelahnya lautan yang dipecahkan oleh cambukan tongkat Nabi Musa as, merupakan mu'jizat yang luar biasa. Peristiwa spektakuler ini bersifat irasional, yang tidak mampu dianalisa secara ilmiah, meskipun dengan mengerahkan segala keunggulan sains dan teknologi, serta tidak akan bisa dipecahkan oleh otak manusia manapun. Tetapi keimanan kepada Allah –lah yang bisa menjawabnya.

jendela islam, dunia islam,islam


Terbelahnya lautan itu digambarkan oleh Al-Qur;an bagaikan gunung yang terbelah menjadi dua, yang ditengahnya terdapat jalan lurus sebagai tempat penyeberangan untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir’aun dan tentaranya.

Tamsil diatas terdapat dalam surat asy-Syu’ara :
“Maka terbelahnya lautan itu dan tiap-tiap belahan bagaikan gunung yang besar.”
(QS. Asy-Syu’ara ;61)

Dari ayat di atas tak mungkin manusia mampu membayangkan hebatnya kekuasaan Allah. Segala yang ada di planet ini semuanya tunduk kepada perintah-Nya. Peristiwa  terbelahnya lautan menunjukkan kemahakuasaaan Allah atas segalanya. Ia bebas bertindak menurut yang Ia kehendaki tanpa ada satupun yang bisa menghalangi-Nya.

Adapun kisah terbelahnya lautan adalah sebagai berikut :

Waktu itu Nabi Musa as yang dikejar oleh Fir’aun, sedangkan yang menyertai Nabi Musa ada 70.000 orang dari bani Israil. Jumlah pasukan Fir’aun yang melakukan pengejaran terhadap Nabi Musa lebih kurang dua kali lipat dari jumlah pengikut Nabi Musa.

Tatkala kaum Nabi Musa yang sudah terdesak di tepi lautan oleh Fir’aun dan pasukannya yang terus mengejar, mereka ketakutan lalu melaporkan kepada Nabi Musa : “Wahai Nabi Musa, sesungguhnya tentara Fir’aun telah berhasil menemukan kita.” Nabi Musa berkata : “Janganlah kalian takut, sesungguhnya Tuhanmu bersama kita, dan Dia akan menunjukkan jalan kepada kita”

Kemudian Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa, agar beliau memukulkan tongkatnya ke laut. Setelah tongkatnya dipukulkan ke laut, maka langsung laut itu terbelah menjadi dua bagian. Pada setiap bagian, besar dan tingginya bagaikan gunung yang berdampingan. Pada celahnya terdapat jalan, sebagai tempat penyeberangan. Lalu Nabi Musa bersama pasukannya melewati jalan di tengah laut yang telah “dibuat”nya itu.

Setelah Nabi Musa dan kaumnya sampai di seberang lautan, Allah memerintah kepada laut agar menenggelamkan Fir’aun dan tentaranya dengan kembali dalam bentuk semula, sehingga mereka tenggelam semuanya.

Diriwayatkan, ketika Fir’aun merasakan siksa itu, ia berusaha menyelamatkan diri, akan tetapi malaikat Jibril kemudian mengambil segenggam tanah padat untuk disumbatkan pada mulut Fir’aun, sehingga Fir’aun meminta pertolongan kepada Jibril sampai 70 kali. Oleh karena itu, Allah SWT menegur kepada Jibril : “wahai Jibril, Firu’aun telah meminta pertolonganmu sampai 70 kali, tetapi kamu tetap tidak mau menolongnya. Demi keangungan-Ku dan kebesaran-Ku, Jika Fir’aun meminta pertolongan kepada-Ku sekali saja, Aku pasti menolongnya dan menyelamatkan dirinya dari tenggelam ke dasar laut.




Ada sebuah sya’ir yang sebagian baitnya antara lain:
“ Tempat kembali adalah kepada Allah, Dzat Yang banyak memberikan ampunan”
Pecahnya lautan yang ditamsilkan oleh Al-Qur;an bagaikan gunung yang besar adalah sebagai hujjah kemahakuasaan Allah. Disamping itu, ayat tersebut merupakan bukti yang monumental tentang terjadinya peristiwa alam yang spektakuler dalam sejarah manusia.

Semuanya ini ditujukan oleh Allah, agar manusia mau berfikir dan merenungkan tentang superioritas Allah, yang mampu mengendalikan segala sesuatu menurut  yang Dia kehendaki.

Referensi :
Tamsil Al-Qur’an , Fuad Kauma

Wednesday 8 November 2017

Berhijab

Allah SWT telah menyampaikan di dalam kitab-Nya yang mulia dan di lebih dari satu ayat, serta Dia perintahkan penutup pada rasul dan nabi, Muhammad saw supaya memerintahkan istri-istri beliau dan juga istri orang-orang mukmin, untuk melakukan hal yang paling penting sekali. Hal yang paling penting itu adalah masalah hijab yang khusus menyangkut wanita muslimah. Allah telah berfirman :

Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janglah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka milikiatau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.”

hijab


Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur:31)

Allah SWT berfirman juga :

Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab : 59)

Allah SWT telah memerintahkan hijab bagi istri orang-orang yang beriman, sehingga tidak ada seorangpun yang mengklaim bahwa hijab itu hanya bagi puteri-puteri dan istri-istri Rasulullah saw.

Allah SWT sendiri  telah memerintahkan wanita untuk berhijab tidak berbaur dengan laki-laki asing (bukan muhrim). Dia jadikan keteguhan wanita dalam berpegang pada hijab merupakan salah satu sebab keberuntungan dan kesuksesan didunia dan akhirat. Cukup banyak wanita muslimah yang mengerjakan shalat dan puasa, tetapi mereka meremehkan hijab dan tidak memakainya, karena setan telah menggoda mereka seraya menyesatkan mereka bahwa hal terpenting adalah mengerjakan ibadah-ibadah tersebut dan iman dengan hati saja, dan tidak pada kain yang menutup dirinya dari pandangan orang laki-laki. Bukan suatu hal yang aneh jika setan selalu melancarkan godaan, karena inilah yang di janjikan untuk dikerjakan bersama anak Adam dengan menyesatkan mereka dari jalan kebenaran, sebagaimana yang diperingkatkan Allah SWT melalui beberapa ayat Al-Qur’an. 

Hal tersebut juga telah diberitahukan oleh Rosulullah saw melalui beberapa hadits mulia, bahwa setan mempergunakan kaum wanita untuk untuk memburu laki-laki dan menyesatkan mereka dari agama dan petunjuk, sehingga wanita itu lebih berbahaya bagi lak-laki, sebagaimana yang disabdakan oleh beliau,


Tidak ada fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi orang laki-laki dari kaum wanita.

Tetapi yang cukup mengherankan adalah penyerahan diri wanita kepada setan untuk dipergunakan dalam memburu dan menggoda para lelaki.



Allah SWT tidak memerintahkan hijab saja, tetapi Dia juga menyuruhnya untuk tidak berikhtilath (bercampur baur) dengan orang laki-laki yang bukan muhrim. Rasulullah saw sendiri juga mengingatkan orang laki-laki untuk tidak berkhulwah (menyendiri) dengan wanita asing, dimana beliau bersabda,

Janganlah seorang laki-laki bersama dengan seorang wanita, kecuali dengan seorang muhrim.

Selain itu, Rasulullah saw juga bersabda,

Janganlah kalian masuk menemui wanita

Lalu ada seorang dari kaum Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau mengetahui al-hamwu? Beliau menjawab “Al-hamwu (ipar) adalah kematian.”

Yang dimaksud dengan al-hamwu di sini adalah saudara suami dan kerabat dekat lainnya. Diman Islam tidak memperkenankan bagi saudara kandung suami untuk menemui saudarinya (yang berstatus sebagai istri) itu ketika dia (suaminya) tidak sedang bersamanya. Itu jelas menunjukkan bahwa berjumpa dan barbau dengan wanita asing yang suaminya tidak sedang bersamanya, lebih tidak dibolehkan. Rasulullah saw telah bersabda,

Tidaklah seorang laki-laki berkhulwah dengan seorang perempuan, melainkan ketiganya adalah setan

Dengan demikian, seorang wanita yang bersungguh-sungguh ingin sukses di dunia dam akhirat maka dia harus benar-benar memperhatikan masalah penting ini, serta menolak setan menjadikan dirinya sebagai fitnah yang paling berbahaya bagi para lelaki. Selain itu, di harus gigh berusaha agar namanya tidak termasuk dalam daftar nama-nama yanga ada di tangan setan sebagai satu sarana bagi setan untuk merealisasikan janjinya bagi anak Adam. 

Hal itu dengan berpegang pada hijab yang sempurna dan tidak berikhtilath dengan laki-laki asing dan menghindari khulwah dengan laki-laki asing kapan pun dan dimana pun berada. Barangsiapa melakukan hal tersebut (berhijab dan tidak berihtilath) maka kesuksesan dan keberuntungan akan diperolehnya di dunia maupun di akhirat kelak, dengan seizin Alaah SWT.

Referensi

Menjadi Wanita Sukses dan Dicintai – Syaikh Adnan Ath-Tharsyah

Tuesday 24 October 2017

Menyempurnakan Shalat Dengan Khusuk dan Tawadlu

Firman Allah Ta’ala berfirman :

Sungguh amat beruntung bagi orang beriman ; mereka adalah yang khusuk dalam shatlanya” (QS. Al Mukminun : 1-2)

Ketahuilah bahwa khusuk menurut pengertian ulama adalah bagian dari pekerjaan hati ; seperti khawatir dan takut. Juga diantara mereka ada yang berpendapat bahwa khusuk merupakan pekerjaan anggota badan seperti diam, tidak menoleh atau bermain-main. Mereka juga berbeda pendapat; apakah khusuk merupakan bagian dari kewajiban shalat, atau sekedar keutamaan saja dari dua pendapat.

shalat,khusuk,tawadlu


Pendapat pertama memegang dalil hadits; “Tidak diterima shalat seorang hamba kecuali sesuai apa yang dipikirkan. Juga dalil berfirman Allah Ta’ala" :

“Dirikanlah shalat untuk mengingat AKU….” (QS.20 Thaha : 14)

Lalai adalah kebalikan dari ngat. Ada firman Allah Ta’ala :

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS.7 : 205 )

Imam baihaqi mengeluarkan hadits melalui Ibnu Sirin ra.; “Diceritakan kepadaku bahwa Rasulullah sa ketika shalat mengangkat pandangannya ke langit.” Lalu turunlah ayat ini. Imam Abdur Razak menambahkan lafadz : “Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan shalat dengan khusuk.” Dan beliau saw pun langsung melempar pandangannya ke arah sujud.

Sabda Nabi saw :
Rasulullah saw ketika shalat pernah menghadapkan pandangannya ke langit, lalu ayat ini (diatas) turun, dan beliau saw langsung menundukkan kepalanya.” (HR Imam Hakin dan Iman Baihaqi, hadits Abu Hurairah.ra)

Diriwayatkan : melalui Hasan ra. Sesungguhnya Nabi saw bersabda :
Perumpamaan shalat lima waktu ialah seperti sungai yang mengalir di depan pintu rumah seseorang diantara kalian semua. Kemudian mandi disana lima kali dalam sehari, lalu apakah masih tersisa sesuatu yang kotor !”

Maksudnya shalat lima waktu mampu menghapus semua dosa-dosa tanpa tersisa, kecuali dosa-dosa besar. Demikian ini kalau mengerjakan shalat dengan khusuk dan menghadirkan hati. Kalau tidak khusuk, shalatpun tidak diterima.

Sabda Nabi saw :

Sesungguhnya aku mewajibkan shalat, memerintahkan haji, thawaf dan syiar-nya ibadah haji adalah untuk mengingat Allah Ta’ala. Andaikan dalam hatimu tidak ingat sedikitpun untuk menganggungkan nama Allah Ta’ala dan tujuannya apa kamu mengingat-Nya ; lalu bagaimana harga dzikirmu itu !”

Sabda Nabi saw :
“Barang siapa yang shalatnya tidak mampu mencegah perbuatan keji dan munkar, maka tidak akan bertambah-tambah (dekat) kecuali semakin jauh.”

Kata Abu Baar bin Abdullah ra ; “Wahai anak cucu Adam, andaikan kamu ingin memasuki rumah tuanmu tanpa izin dan tanpa penerjemah, ternyata kamu berhasil masuk.”

“Bagaimana hal itu bisa terjadi !” Katanya.

“Sempurnakan Wudlu’mu dan masuklah ke mihrob-mu. Saat itulah engkau benar-benar memasuki 
Tuhanmu tanpa izin dan berbicara dengan –Nya tanpa penerjemah.”



Hadits melalui Aisyah ra . katanya; “Rasulullah saw, berbicara pada kami dan kami berbicara dengan beliau, namun ketika beliau saw shalat, maka beliau tidak mengenal kami, dan kami tidak mengenal beliau, terlalu sibuknya tenggelam meng-agungkan Allah ‘Azza Wa Jalla.”
Nabi saw bersabda ; “Allah tidak memandang shalat seseorang yang tidak menghadirkan hati bersama badannya.”

Nabi Ibrahim Kholilullah ketika shalat detak jantungnya terdengar sampai 2 mil. As’id Tanukhi ketika shalat air matanya terus mengalir membasahi pipii sampai jenggotnya.”

Rasulullah saw pernah melihat shalat seorang lelaki sambil mempermainkan jenggotnya.
Beliau saw bersabda ;Andai hatinya khusuk tentu badannya juga khusuk.

Diriwiyatkan : Ali kw. Bila datang waktu shalat tubuhnya bisa terguncang dan wajahnya berubah pucat pasi. Keluarganya bertanya, “Wahai amiril mukminin, apa yang menimpamu !”

Dia menjawab, “Sudah datang waktu, dimana amanah yang pernah Allah tawarkan kepada bumi, langit, dan gunung, mereka semua menolak amanah itu karena khawatir tidak mampu memikulnya, dan aku memikulnya.”

Diriwaytkan melalui Ali bin Hasan. Katanya ; bila ia wudlu ‘wajah kulitnya berubah pucat. Istrinya bertanya; “Apa yang terjadi ketika wudlu’!” ia menjawab. “Apakah kamu tidak mengerti di hadapan siapakah aku hendak menghadap !”

Diriwatkan melalui Hatim Al Ashom ; di ditanya mengenai shalatnya, dia menjawab ; “Bila waktu shalat datang aku segera menyempurnakan wudlu’, kemudian mendatangi tempat aku shalat, aku duduk sampai anggota jasadku berada diantara kebutuhanku, syiroth berada ditelapak kai, surga di sebelah kananku, neraka di kiriku, malaikat maut dibelakangku, dan aku beranggapan bahwa shalat inilah yang terakhir…."

Kemudian aku berdiri dalam keadaan antara berharap-harap cemas, lalu aku melafadzkan takbir dengan mantap, membaca sangat tartil, ruku’ disertai tawadlu, sujud dengan khususk, lalu aku duduk dipantat

sebelah kiri, dan aku menegakkan telapak kaki kanan pada jarinya; semua kusertai dengan hati ikhlas, dan aku tidak tahu apakah shalatku diterima atau tidak”.

Kata Ibu Abbas ra : “ Shalat dua rakaat amat singkat disertai tafakur lebih baik dari pada shalat suntuk dengan hati lalai”.

Sabda Nabi saw :
“Akan datang di akhir zaman umatku mendatangi masjid dan mereka hanya mengobrol, serta ingatan mereka hanya masalah duniawi dan cinta dunia. Maka janganlah duduk bersama mereka karena Allah tidak butuh mereka”

Melalui Hasan ra. Sesungguhnya Nabi sa bersabda ; “Mau-kah kamu kukabarkan seorang pencuri paling jelek diantara manusia !” Mereka bertanya ; “Siapakah wahai, Ya Rasul !” Sabda Nabi ; “Yakni orang yang mencuri shalatnya.’ Mereka bertanya “Bagaimana cara mereka mencuri shalat !” Rasul menjawab : “Ialah tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.”

Nabi saw.bersabda ;
“Pertama kali yang dihisab amal seorang hamba di hari kiamat ialah shalatnya. Kalau ia menyempurnakan shalatnya maka hisab itu ringan, dan kalau ia mengu-rangi (mencuri) sedikit saja dari shalatnya, maka Allah Ta’ala berfirman pada malaikat ; ‘Apakah hamba-Ku ini memiliki amalan sunnah ! maka sempurnakan kewajiban-nya dengan amalan tersebut.”

Nabi saw. Bersabda ; “Tidak ada pemberian seorang hamba sahaya dengan pemberian yang baik daripada minta izin shaat dua rakaat”.
Ketika Umar bin Khathab ra. Hendak berdiri melakukan shalat, tiba-tiba sendi-sendinya bergetar dan giginya menggeram. Lalu ada yang bertanya, diapun menjawab ; “Sudah datang waktunya menyampaikan amanah dengan menunaikan kewajiban, dan aku tidak tahu bagaimana melakukannya!”

Kisah ; dari Kholaf bin Ayyub ; waktu ia berdiri shalat, tiba-tiba lebah mengatnya sampai darah Kholaf mengalir. Namun ia tidak merasakan apa-apa, sampai akhirnya Ibnu Sa’id yang menunjukkan lukanya.

Ia langsung membasuh pakaiannya. Ada yang bertanya, “Kamu disengat lebah sampai darahmu keluar, lalu kenapa kamu tidak merasakan apa-apa!”
Ia bertanya juga : “Apakah hal itu pantas bagi orang yang berdiri dihadapan Tuhan Maha Raja Maha Perkasa, malaikat maut ada ditengkuk-Nya, nereka dikiri-Nya, nereka dikiri-Nya dan shiorth berada di bawahTelapak-Nya

Amar bin Dzar terserang suatu penyakit yang mengharuskan dipotong tangganya , padahal dia terkenal sangat zuhud dan ahli ibadah. Dokternya berkata ; “Ini tidak ada upaya lain kecuali harus dipotong”.
“Potonglah !” Jawab Amr bin Dzar

Pada dokter berkata, “Kami tidak memotongmu kecuali kamu harus diikat dengan tali”.
Kata Amr. “Jangan lakukan sebelum aku mengerjakan shalat, dan saat itu potonglah”.
Ditengah-tengah shalat tangannya dipotong, dan ia tidak merasakan apapun yang dilakukan dokter.


Semoga bisa bermanfaat - Terima kasih Mr.Dicsr

Referesi :
Rahasia Ketajaman Mata Hati Judul asli “ Mukasyafatul Qulub”  – Imam Ghazali 

Tuesday 17 October 2017

Surga dan Neraka


Jika Allah sudah selesai memperhitungkan amal hamba-hambanya-Nya, para penghuni surga akan dimasukkan kedalam surga dan para penghuni neraka dicampakkan ke dalam neraka. Keimanan pada kebenaran ini adalah bagian dari keimanan kepada Allah. Tidaklah benar iman seseorang yang beriman kepada Allah, tetapi ia mengingkari surga dan neraka. Surga dan neraka, adalah salah satu alam gaib Allah, sebagaimana halnya malaikat, hari akhir, dan cara perhitungan amal.Selanjutnya, keimanan pada Allah berarti beriman pada yang gaib. Allah memberitahukan kepada kita bahwa Dia mempunyai hamba-hamba yang akan masuk surga dan yang akan masuk neraka. Allah memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dengan surga dan kenikmatannya, sama seperti halya dia menakutnakuti hamba-hamba yang kafir dengan neraka dan siksaan didalamnya.


surga dan neraka


Ketika menggambarkan neraka, Allah berfirman :

Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah menakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku, wahai hamba-hamba-Ku ( QS. 39:16).

Ketika menggambarkan surga, Allah berfirman :

Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan , "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri dari dan mereka kekal di dalamnya (QS. 2:25)

Surga dan neraka adalah gaib. Segala sesuatu yang disebutkan tentang surga dan neraka tidak lain dimaksudkan untuk memudahkan akal memahaminya maknanya. Allah berfirman :

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam nereka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain,supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana (QS 4:56).

Ketika Allah berfirman bahwa ada neraka yang membakar kulit, lalu Dia menggantikan kulitnya dengan kulit yang lain agar terus-menerus dibakar, di sini kita memahami bahwa tubuh manusia tidaklah sama seperti  ketika di dunia ini. Ada sesuatu yang tidak diketahui terjadi pada tubuh menusia dan membuatnya tidak mati.

Dari realitas kehidupan di muka bumi, kita tahu bahwa jika api membakar kulit seseorang seluruhnya, ia akan mati seketika. Lalu, bagaimana api di akhirat membakar kulit manusia dan Allah menggantinya dengan kulit lain agar pembakaran terus menerus berlangsung ? Apakah kematian akan mati  di Hari Kiamat kelak ? Atau, apakah kita akan menjadi mahluk lain yang memperolah berbagai siksaaan di nereka Jahim atau memperoleh segala macam kenikmatan di Surga ?

Alquran menunjukkan adanya perbedaan wujud manusia di dunia dengan penciptaan yang baru di akhirat, di Hari Kiamat kelak :

Kami telah menentukan kematian di antara kalian. Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan, untuk menggantikan kalian dengan orang-orang yang seperti kalian (dalam dunia) dan menciptakan kalian kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak mau diketahui. Sesungguhnya kalian telah mengetahui penciptaan yang pertama, lantas mengapakah kalian tidak mengambil pelajaran (untuk pencipta yang kedua ) ? (QS 6:62)


Alquran tidak memberitahukan wujud lain manusia di akhirat kelak.Meskipun demikian, ia menyebutkan dengan jelas bahwa penciptaan bentuk lain ini berbeda dari penciptaaan wujud pertama di dunia. Mungkin inilah benang pertama menakutkan yang mengantarkan kita menuju apa yang dijanjikan Allah. Kekutan manusia untuk menanggung beban di muka bumi ini dibatasi oleh kehidupan dan tubuhnya. Sementara itu, kekuatan manusia untuk untuk menanggung beban sesudah kebangkitannya dari kematian di akhirat kelak tidak dibatasi oleh apa pun. Dengan kata lain, kenikmatan dan siksaaan di akhirat berlangsung terus-menerus dan bersifat kekal. Inilah hakikat pertama yang cukup untuk menyulut ketakutan dalam hati manusia. Usia relatif manusia di muka bumi ini berkisar antara enam puluh sampai seratus tahun, meskipun ada yang lebih dari itu. Namun, kelebihan itu tidaklah banyak. Dari segi ruang dan waktu, apakah tahun-tahun ini sama dengan siksaan yang tidak pernah berhenti ? Alquran memberitahukan kepad kita bahwa keras dan pedihnya azab Allah menyebabkan orang-orang kafir ingin mati saja dan berteriak.

Mereka berseru, " Wahai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja." Dia menjawab, "Kamu akan tetap tinggal (di dalam neraka ini ) (QS 43:77)

Malik adalah nama salah satu malaikat penjaga neraka yang sangat kasar. Para penghuni abadi neraka mencari perantara lewat Malik untuk mengantarkan mereka kepada Tuhannya, agar di mematikan mereka dan mengambil keputusan atas mereka. Dengan singkat, jelas, pasti, dan penuh ketenangan, Malik menjawab, "Kamu akan tetap tinggal di sini." Jadi, tidak ada angan-angan untuk dapat keluar dari nereka dan tidak juga angan-angan untuk mati. Tidak ada jalan menuju perisitrahatan.

Seorang penyair , Abu Thayyiba al-Mutannabi , mengatakan :

Cukuplah menjadi penyakit bagimu bila engkau memang memandang kematian sebagai obat, cukuplah kematian itu menjadi sebuah angan-angan

Gambaran khayalan dalam syair di atas berubah menjadi kenyataan yang sesungguhnya dan dialami oleh orang-orang kafir dalam neraka. Mereka semua mengharapkan kematian agar dapat selamat dari azab. Namun, tidak ada lagi yang namanya kematian. Mereka semua di campakkan ke tempat yang penuh dengan kekerasaan dan ketakutan, yang tidak pernah kenyang dan selalu menuntut tambahan. Allah berfirman :

(Ingatlah) pada hari ketika Kami bertanya kepada Jahanam, "Apakah kamu sudah penuh ?" Ia menjawab, "Masih ada tambahan?"

Seorang mujahid mengatakan, di sana sama sekali tidak ada ucapan Hanya saja, di sana terjadi pembicaraan dalam bentuk kiasan mengenai keadaan Jahanam, bhawa ia telah terisi penuh sehingga tidak ada lagi tempat kosong. Kami tidak punya alasan untuk menolak pemahaman seperti ini, karena surga adalah salah satu mahluk Allah. Di Hari Kiamat kelak, akan ada pembicaraan. Tangan dan kaki kita dapat berbicara. Kulit dan pendengaran dapat memberikan kesaksian. Jika Anda renungkan dan perhatikan pertanyaan orang-orang kafir ihwal mengapa segenap anggota tubuh mereka menjadi saksi atas diri mereka, niscaya anggota-anggota tubuh itu menjawab bahwa Allah yang membuat segala sesuatu berkata, menjadikan mereka mampu berkata juga.

Jika kita perhatikan hal intu, kita akan tahu bahwa tidaklah aneh kalau terjadi pembicaraan dengan neraka di Hari Kiamat kelak. Pembicaraan neraka selaras dengan suasana menakutkan yang digambarkan oleh Allah tentang azab-Nya yang ingin sekali sekiranya mungkin ditebus oleh orang -orang kafir dengan semua orang - orang yang dicintainya. Allah berfirman :

... Orang kafir ingin sekiranya ia dapat menembus dirinya dari azab hari  itu dengan anak-anaknya, istrinya dan saudaranya, kaum familinya yang melindunginya (di dunia ), dan orang-orang di atas bumi seluruhnya. Kemudian, (ia mengharapkan), tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat..(QS 70:11-15)

Namun, angan-angan dan harapan orang-orang kafir untuk dapat menebus azab dan tidak akan pernah terwujud selamanya. Pada akhirnya mereka semua akan masuk neraka karena beberapa faktor. Allah berfirman :

Kecuali golongan kanan, mereka berada di  dalam surga; mereka saling tanya-menanya tentang keadaan orang-orang yang berdosa, "Apakah yang memasukkan kalian ke dalam neraka Saqar?" Mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat, kami tidak pula memberi makan orang miskin, dan kami membicarakan yang batil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya. Kami mendustakan hari pembalasan, hingga data kepada kami kematian." (QS 74: 39-47)

Dengan demikian, orang-orang kafir mengakui faktor-faktor penyebab mereka dimasukkan ke dalam neraka. Begitulah, manusia masuk ke dalam neraka Jahim karena amal-amal mereka. Akan tetapi, manusia masuk ke dalam surga berkat rahmat Allah, sebab amal manusia saja belumlah memadai untu bisa memasukkanya ke dalam surga. Allah memperkenankan manusia masuk ke dalam surga-Nya karena rahmat-Nya, meskipun Allah menisbatkannya kepada amal manusia. Rasulullah saw. pernah bersabda "Tidak ada seorang  pun di antara kalian masuk surga karena amalnya." Para sahabat bertanya, "Bahkan engkau sendiri, Ya Rasulullah?"Beliau menjawab, "Bahkan aku sendiri, kecuali bila Allah meliputiku dengan rahmat-Nya."

Hakikat ini tidak menghapus ketentuan bahwa pintu surga terbuka buat orang-orang yang berperang dijalan-Nya, menyembah-Nya, bersujud kepada-Nya dan ruku' kepada-Nya dan memelihara hukum-hukum Allah.

Dalam Alquran, Allah menggambarkan sifat para penghuni surga :

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperanng pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah didalam Taurat, Injil, dan Alquran. Siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah ? Karena itu, bergembiralah dengan jual-beli yang telah kalian lakukan itu. Itulah kemenangan yang besar. Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, beribadah, memuji Allah, melawat, ruku', sujud, menyuruh berbuat makruf, mencegah berbuat munkar, dan memelihara hukum-hukum Allah. Bergmbiralah orang-orang Mukmin itu ( QS 9: 111-112)

Akidah Islam berlandaskan keimanan pada surga dan neraka, yakni keimanan pada kenikmatan surga dan azab neraka. Kenikmatan surga dan azab neraka tidak hanya bersifat sensual atau inderawi. Ada kaidah pokok yang menjamin keberadaan surga dan neraka, yang dikemukakan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadist. Diriwayatkan dari Abu Hurayrah bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Allah menjanjikan untuk hamba-hamba-Nya yang salih sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Jika kalian menginginkannya, bacalah ayat Alquran : Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yakni (bermacam-macam nikmat) yang dapat menyedapkan pandangan mata ..." (QS 32:17). (HR. Bukhari)

Sabda Nabi Muhammad di atas berkenaan dengan surga. Ini berkebalikan pemahamannya (bi-mafhum al-mukhalafah) dengan neraka. Dengan kata lain. Allah telah menjanjikan untuk hamba-hamba-Nya yang kafir sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Allah berfirman :

...Lalu, diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan disebelah luarnya dari situ ada siksa (QS 57:13)

Jadi kenikmatan akhirat tidak sama dengan kenikmatan dunia. Azab akhirat juga tidak sama dengan azab dunia. Sifat-sifatnya berbeda, meskipun sebutannya sama.Tidak ada sesuatu pun di surga yang sama dengan apa yang ada di dunia. Hanya namanya saja yang sama. Begitu pula halnya dengan neraka.

Kita tidak menjelaskan perihal kenikmatan tertinggi di dalam surga sebagaimana digambarkan oleh akidah Islam. Demikian juga kita tidak menjelaskan ihwab azab paling menakutkan di neraka. Buah-buahan, bidadari bermata jeli, daging burung dan segala macam kenikmatan di dalam surga berada di luar jangkauan pemikiran kita. Demikian pula halnya dengan neraka Jahim yang membakar kulit, melumatkan perut, dan mendidihkan otak manusia semuanya berada di luar jangkuan pemikiran kita.

Kita berbicara tentang Allah. Orang-orang yang beribadah kepada Allah karena takut pada api neraka-Nya mirip budak yang takut kepada tuannya. Mereka yang beribadah kepada Allah karena menginginkan surga-Nya mirip seorang budak yang menginginkan harta kekayaan tuannya. Ketakutan dan keinginan tidak menginginkan harta kekayaan tuannya. Ketakutan dan keinginan tidak menjadi masalah selama keduanya berorientasi kepada Allah. Namun, di atas keinginan dan ketakutan itu, ada sebuah puncak yang tidak akan bisa kita capai.

Puncak dari segala dan akhsir dari harapan orang-orang yang menempuh perjalanan menuju Tuhannya adalah Allah yang Mahasuci, Mahaagung, Mahamulia, Yang Menutup diri-Nya dari para penghuni neraka karena kemurkaan-Nya kepada mereka, dan membuka cahaya hijab-Nya yang suci agar para penghuni surga bisa melihat-Nya.


surga dan neraka

Tentang para penghuni neraka, Allah berfirman :

Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari Tuhan mereka 
(QS 83:15).

Tentang para penghuni surga, Allah berfirman :

Wajah-wajah (orang-orang Mukmin) pada hari itu berseri-seri, kepada Tuhannyalah mereka melihat (QS 75:22-23)

Pada waktu itu, neraka akan menampakkan wujud hakikinya dan mulailah azab bagi orang-orang yang tertutup dari Allah. Begitu pula, surga memperlihatkan wujud hakikinya dan mulailah kenikmatan bagi orang-orang yang diperkenankan melihat Allah. Neraka dan surga tidak terlihat, dan tampaklah hakikat yang sangat besar. Yang ada hanyalah neraka yang jauh dari Allah dan, disamping itu kenikmatan melihat wajah-Nya.

Referensi :
Mengenal Allah - Risalah Baru Tentang Tauhid - Ahmad Bahjat

Semoga bisa bermanfaat,.

Friday 3 June 2016

Jendela Islam - " Kiamat dan Perhitungan Amal"





Kiamat terjadi bila manusia mati. Kehancuran bumi terjadi bila sudah tiba waktu Kiamat. Terjadinya berarti akhir kehidupan manusia; berarti kematian alam semesta dan berantakannya hukum-hukum alam yang berlaku di dunia, padamnya bintang-bintang, dan segala sesuatu yang bergerak menuju kefanaan. Allah telah berfirman :

Kiamat dan Perhitungan Amal

“(Yaitu) pada hari Kami gulung langit bagai menggulung lembaran-lembaran kertas .Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulangnya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” (QS 21:104).
Terjadinya Kiamat adalah sesuatu gaib. Hanya Allah saja yang mengetahuinya.Rasulullah saw pernah bertanya tentang soal ini.Lalu, turunlah ayat berikut ini :

“Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat, “Bilakah terjadinya ? “ Katakanlah,”Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku. Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, “ Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS 7:187).

Terjadinya Kiamat berarti terjadinya perhitungan amalan. Ini berarti perbedaan antara orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir; pengembalian segala macam kezaliman kepada orang-orang yang berbuat zalim; perbedaan antara orang-orang bertakwa dengan orang-orang durjana, sebelum dan sesudahnya. Ini berarti pembersihan semua mahluk dari segala macam kesia-siaan dan kebatilan. Segala sesuatu bergerak menuju Penciptanya. Semua mahluk akan kembali kepada Tuhan dan Rajanya. Tentang masalah ini Allah berfirman :

Kami tidak menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir. Karena itu, celakalah orang-orang kafir itu; mereka akan masuk neraka.” (QS 38:27).


Terjadinya Kiamat dibarengi dengan perhitungan amal. Allah akan memperhitungkan amal manusia seluruhnya. Perhitungan yang dilakukan Allah tidak meninggalkan amal sekecil dan sebesar biji sawi sekalipun. Ada kaidah pokok yang menjadi ketentuan dalam memperhitungkan amal dan memberitahukan kepada Anda secara rinci. Firman Allah menyebutkan bahwa Dia selalu bersama dengan manusia dan akan memberitahukan apa yang telah dilakukannya :

“Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia yang keempatnya. Tiada pembicaraan rahasia lima orang, melainkan Dia yang keenamnya. Tiada pula pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia bersama mereka dimanapun mereka berada. Kemudian, Dia akan memberitahukan kepada mereka pada Hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS 58: 7).


Dari kaidah pokok ini muncul berbagai kaidah yang memberikan rincian. Di Hari Kiamat kelak, kita akan melihat bahwa manusia tunduk pada pengawasan yang menakutkan tanpa dirasakannya kita juga akan melihat bahwa keingkaran orang-orang kafir tidak akan menguntungkan diri mereka.

Bumi, lembaran-lembaran, buku-buku catatan mereka, lidah, tangan, kaki, dan telinga mereka menjadi saksi atas diri mereka. Bahkan, pendengaran, pandangan, dan kulit mereka semua memberikan kesaksian. Lalu bagaimana bumi ini akan memberikan kesaksian atas manusia ?
Rasulullah saw, membacakan firman Allah berikut ini :

“ Apabila bumi diguncang dengan guncangannya (yang dahsyat) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)-nya. Lalu, manusia bertanya ,”Mengapa bumi ini jadi begini?” Pada hari itu, bumi menceritakan beritanya.” (QS 99:1-4).

Lalu, bagaimana lidah, tangan, dan kaki memberikan kesaksian? Perhatikan firman Allah berikut ini :
“Pada hari ketika lidah, dan kaki mereka menjadi saksi atas apa yang dahulu mereka kerjakan. Pada hari itu, Allah akan memberikan balasan kepada mereka yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bawa, Allahlah Yang Maha benar lagi Menjelaskan ( segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)” (QS 24: 24-25).
Pendengaran, penglihatan, dan kulit, juga memberikan kesaksian sama seperti halnya lidah, tangan, dan kaki. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :

“(Ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan (semuanya), sehingga apabila mereka dikumpulkan (semuanya), sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran; penglihatan; dan kulit mereka menjadi saksi atas mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kalian menjadi saksi atas kami ?” Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai pula berkata. Dialah yang menciptakan kalian pertama kali dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan.”Kalian sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulit kalian atas diri kalian; kalian mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. Yang demikian itu adalah prasangka yang telah kalian sangka kepada Tuhan kalian. Dia telah membinasakan kalian. Jadilah kalian termasuk orang-orang yang merugi.”  (QS 41: 19-23)

 Jika jumlah saksi di hari itu sedimikian banyaknya, berarti betapa telitinya perhitungan amal di Hari Kiamat. Tentang hal itu, Allah menunjukkannya dalam firman-Nya :

“ Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, karena itu, tiadalah dirugikan seorang pun. Jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkan (pahala)-nya. Cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan.” (QS 21:47).

Mari kita telaah dan renungkan sejenak firman Allah berikut ini :

“Cukuplah kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan.” (QS 21:47)

Dengan kata lain, sesudah diberikan jaminan ini, manusia akan menuntut jaminan keadilan; kesempurnaan; dan ketelitian dalam perhitungan amal atau menuntut jaminan keadilan dan rahmat. Sesudah keadilan dan rahmat Allah, tidak ada lagi keadilan dan rahmat yang lain. Allah berfirman :

“Cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan.” (QS 21:47).

Imam ‘Ali bin Abi Thalib pernah bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, bagaimana Allah akan memperhitungkan amal selururh manusia dalam satu waktu?” Belia menjawab, “Allah memperhitungkannya seperti Dia memberikan rezeki kepada mereka dalam satu waktu.”

Sumber : Mengenal Allah – Ahmad Bahjat

Sunday 29 May 2016

Jendela Islam "Perumpaan Orang yang Menyesatkan ketika Mendengar Ayat-ayat Allah"

Seperti Telinganya Tersumbat


AL-QUR’AN sampai menggambarkan mereka seperti ini, dikarenakan mereka sudah tidak lagi memperdulikan peringatan Al-Qur’an, tidak mau mendegarkan ayat-ayat Allah, bahkan setiap kali mendengar ayat-ayat Allah dibaca mereka selalu mengejek dan menghinanya. Mereka senantiasa mempergunakan perkataan dan kepandaiannya berceramah, berpidato dan berdiskusi untuk menyesatkan manusia dari jalan kebenaran. oleh karena itu, Al-Qur’an menganalogikan mereka ini seperti orang yang ada sumbatan pada kedua telinganya.

Sebagaimana dijelaskan dalam surat Luqman :

Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyobongkan diri seolah-olah ia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; beri kabar gembiralah dia dengan adzab yang pedih.” (QS.Luqman:7).

Turunnya ayat di atas in berkaitan dengan tingkah laku Nadhar bin al-Harits bin Kuldah, ia  adalah termasuk salah seorang yang paling dipercaya omongannya di kalangan kaum Quraisy. Pada suatu hari ia datang ke kota untuk member beberapa kitab,lalu mengabarkan kepada orang-orang Ajam, ia juga bercerita di hadapan penduduk Mekah perihal isi kitab yang ia beli itu, seraya berkata : “Sesungguhnya Muhammad itu telah bercerita kepada kalian tentang kisah kaum ‘Ad dan Tsamud, sekarang akan menceritakan kepada kalian tentang kisah kaum Faris dan kaum Rum”.

Setelah masyarakat Mekah mendengar ocehan Nadhar bin al-Harits , mereka lalu menganggap bahwa apa yang dikatakan oeleh Nadhar adalah sesuatu yang sangat menarik dan indah akhirnya banyak masyarakat yang berpaling dari mendengarkan ayat-ayat Al-Quran.

perumpamaan orang yang menyesatkan ketika mendengar Ayat-ayat AllahApa yang dilakukan oleh Nadhar bin al-Harits merupakan tindakan destruktif yang merusak ideology umat untuk disesatkan, di jauhkan dari ajaran Tauhid dan di dekatkan ke ajaran iblis. Karena itu Allah mengancam akan menyiksa terhadap Nadhar dan orang-orang yang berperangai seperti dia, yang menjadikan Iblis sebagai kiblat hidupnya.

Didalam Tafsir Shawiy disebutkan, bahwa kata “beri kabar gembira kepadanya” adalah untuk menetertawakan dan melecehkan terhadap Nadhar ( dan para pengkutnya), sekaligus sebagai jawaban terhadap tingkah lakunya yang zhalim tersebut.

Pada umunya orang diberi khabar gembira adalah terhadap hal-hal yang menyenangkan hatinya, yang bisa membuat dirinya riang dan senang. Akan tetapi apa yang disebutkan oleh ayat diatas tadi dengan (beri kabar gembira kepadanya ) merupakan bentuk peringatan dan ancaman, serta penghinaan terhadap orang yang bertindak desduktrif terhadap ideology ketauhidan, dalam hal ini adalah Nadlar bin Al-Harits dan dedengkot-dedengkotnya yang lain. Sebab pada akhir ayat tersebut ditutup dengan kalimat (dengan azab yang pedih).

Kalau orang sudah memproyeksikan hidupnya untuk melakukan kriminal, destruktif, amoral dan tindakan-tindakan munkar yang lainnya, termasuk menyesatkan umat dari jalan kebenaran dengan omongannyaatau pengaruhnya, maka  nasehat dan peringatan Al-Qur’an tidak akan bisa menembus telinganya, seakan-akan telinganya itu terdapat sumbatan. Akibatnya ia semakin terperosok dalam lingkaran setan dan kema’siatan. Karena ia tidak mau mendengarkan ayat-ayat Allah.


Maka tepat sekali tamsil yang ditengahkan Allah dalam ayat di atas. Semoga kita diselamatkan dari propaganda setan yang menyesatkan, serta dijauhkan dari tingkah laku yang merusak, baik merusak ideologi maupun merusak tatanan umat yang sudah mapan.

Catatan kaki :
Yang dimaksudkan dengan “kepadanya” ialah kepada orang yang mempergunakan perkataan-perkataan yang tidak berfaedah untuk menyesatkan manusia.


Sumber : Fuad Kauma (Tamsil Al-Qur'an)