Source Code

WEB, DESKTOP, MOBILE, Mata Kuliah, Ebook, Artikel, Jurnal Teknologi Informasi, Inspirasi , Motivasi, Literasi, Seputar Islam dan Cerita Lucu

Gambar Koala
Showing posts with label Artikel. Show all posts
Showing posts with label Artikel. Show all posts

Friday, 20 May 2016

Perilaku Organisasi

Perilaku Organisasi


PERILAKU ORGANISASI :

Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).
Perilaku organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang Sumber daya manusia dan psikologi industri serta perilaku organisasi.

Tinjauan umum

Studi organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan konteks organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor ini.
Seperti halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha untuk mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada sejumlah kontroversi mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap perilaku pekerja. Karena itu, perilaku organisasi (dan studi yang berdekatan dengannya, yaitu psikologi industri) kadang-kadang dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang berkuasa. Terlepas dari tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasi dan keberhasilan kerja.

Sejarah

Meskipun studi ini menelusuri akarnya kepada Max Weber dan para pakar yang sebelumnya, studi organisasi biasanya dianggap baru dimulai sebagai disiplin akademik bersamaan dengan munculnya manajemen ilmiah pada tahun 1890-an, dengan Taylorisme yang mewakili puncak dari gerakan ini. Para tokoh manajemen ilmiah berpendapat bahwa rasionalisasi terhadap organisasi dengan rangkaian instruksi dan studi tentang gerak-waktu akan menyebabkan peningkatan produktivitas. Studi tentang berbagai sistem kompensasi pun dilakukan.
Setelah Perang Dunia I, fokus dari studi organisasi bergeser kepada analisis tentang bagaimana faktor-faktor manusia dan psikologi mempengaruhi organisasi. Ini adalah transformasi yang didorong oleh penemuan tentang Dampak Hawthorne. Gerakan hubungan antar manusia ini lebih terpusat pada tim, motivasi, dan aktualisasi tujuan-tujuan individu di dalam organisasi.
Para pakar terkemuka pada tahap awal ini mencakup:

Perang Dunia II menghasilkan pergeseran lebih lanjut dari bidang ini, ketika penemuan logistik besar-besaran dan penelitian operasi menyebabkan munculnya minat yang baru terhadap sistem dan pendekatan rasionalistik terhadap studi organisasi.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, bidang ini sangat dipengaruhi oleh psikologi sosial dan tekanan dalam studi akademiknya dipusatkan pada penelitian kuantitatif.
Sejak tahun 1980-an, penjelasan-penjelasan budaya tentang organisasi dan perubahan menjadi bagian yang penting dari studi ini. Metode-metode kualitatif dalam studi ini menjadi makin diterima, dengan memanfaatkan pendekatan-pendekatan dari antropologi, psikologi dan sosiologi.

Keadaan bidang studi ini sekarang

Perilaku organisasi saat ini merupakan bidang studi yang berkembang. Jurusan studi organisasi pada umumnya ditempatkan dalam sekolah-sekolah bisnis, meskipun banyak universitas yang juga mempunyai program psikologi industri dan ekonomi industri pula.
Bidang ini sangat berpengaruh dalam dunia bisnis dengan para praktisi seperti Peter Drucker dan Peter Senge yang mengubah penelitian akademik menjadi praktik bisnis. Perilaku organisasi menjadi semakin penting dalam ekonomi global ketika orang dengan berbagai latar belakang dan nilai budaya harus bekerja bersama-sama secara efektif dan efisien. Namun bidang ini juga semakin dikritik sebagai suatu bidang studi karena asumsi-asumsinya yang etnosentris dan pro-kapitalis (lihat Studi Manajemen Kritis)

Terdapat 4 aturan kinerja dalam suatu bisnis:

  1. Produktivitas yang efektif dan efisien, yakni minimal biaya dengan tepat guna atau sasaran.
  2. Absensi, yakni rasio antara jumlah jam kerja dengan jam kerja seharusnya.
  3. Kepuasan kerja
  4. Tingkat perputaran tenaga kerja (Labor turn over), yakni perbandingan antara jumlah karyawan yang masuk dan yang keluar dibagi jumlah tenaga kerja.
Tantangan Bisnis yang akan datang
  1. Masalah: Meningkatnya produktivitas tenaga kerja. Tantangan bisnis ke depan adalah bagaimana menciptakan keunggulan bersaing dan mempertahankan kesinambungan bisnis sehingga tuntutan peningkatan produktivitas kerja menjadi suatu keharusan. Upaya peningkatan produktivitas kerja diantaranya melalui perubahan perilaku.
  2. Peningkatan keahlian tenaga kerja. Keahlian dinyatakan dalam 3 bentuk: keahlian berkonsep, keahlian teknis dan keahlian teknologi.
  3. Menurunnya tingkat kesetiaan karyawan
  4. Respon atas era globalisasi (hilangnya batas waktu dan ruang), yakni globalisasi ekonomi dan globalisasi perusahaan.
  5. Budaya keanekaragaman tenaga kerja.
  6. Munculnya peniru temporer, yakni terdapat pergantian karena adanya persaingan sehingga daur hidup produk semakin singkat. Untuk itu produk yang jenuh membutuhkan inovasi-inovasi, salah satunya dengan cara menaikkan tingkat ketrampilan.
  7. Peningkatan kualitas pelayanan, produk, dan layanan purna jual.
  8. Tuntutan dalam beretika bisnis.

Komitmen Organisasi
Komitment organisasi adalah sebagai suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Menurut Stephen P. Robbins didefinisikan bahwa keterlibatan pekerjaaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seseorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. Dalam organisasi sekolah guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan siswa, maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik mampu menjalankan kebijakan-kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan mempunyai komimen yang kuat terhadap sekolah tempat dia bekerja.

Definisi pakar

Menurut L. Mathis-John H. Jackson, komitmen organisasi adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan pada akhirnya tercermin dalam ketidakhadiran dan angka perputaran karyawan.
Menurut Griffin, komitmen organisasi (organisational commitment) adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi.
Menurut Fred Luthan, komitmen organisasi didefinisikan sebagai :
  1. keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu;
  2. keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan
  3. keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan
Menurut Allen dan Meyer, ada tiga Dimensi komitment organisasi adalah :
  1. Komitmen efektif (effective comitment): Keterikatan emosional karyawan, dan keterlibatan dalam organisasi,
  2. Komitmen berkelanjutan (continuence commitment): Komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit,
  3. Komitmen normatif (normative commiment): Perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan.

Dessler memberikan pedoman khusus untuk mengimplementasikan sistem manajemen yang mungkin membantu memecahkan masalah dan meningkatkan komitmen organisasi pada diri karyawan :
  1. Berkomitmen pada nilai manusia: Membuat aturan tertulis, mempekerjakan manajer yang baik dan tepat, dan mempertahankan komunikasi.
  2. Memperjelas dan mengkomukasikan misi Anda: Memperjelas misi dan ideologi; berkharisma; menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai; menekankan orientasi berdasarkan nilai dan pelatihan; membentujk tradisi,
  3. Menjamin keadilan organisasi: Memiliki prosedur penyampaian keluhan yang koprehensif; menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif,
  4. Menciptakan rasa komunitas: Membangun homogenitas berdasarkan nilai; keadilan; menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja tim, berkumpul bersama,
  5. Mendukung perkembangan karyawan: Melakukan aktualisasi; memberikan pekerjaan menantang pada tahun pertama; memajukan dan memberdayakan; mempromosikan dari dalam; menyediakan aktivitas perkembangan; menyediakan keamanan kepada karyawan tanpa jaminan

Jejaring Sosial

Jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

Analisis jaringan sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan. Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut. Bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari keluarga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai tujuannya.
Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji. Jaringan tersebut dapat pula digunakan untuk menentukan modal sosial aktor individu. Konsep ini sering digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang mewujudkan simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya

Leadership :
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.

Gaya kepemimpinan

  1. Otokratis. Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Jadi kekuasaanlah yang sangat dominan diterapkan.
  2. Demokrasi. Gaya ini ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan demokratis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
  3. Gaya kepemimpinan kendali bebas. Pemimpin memberikan kekuasan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif.

Teori X dan Teori Y

Teori X dan Teori Y diungkapkan oleh Douglas McGregor yang mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep manajemen partisipasi. Konsep terkenal dengan menggunakan asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter dan sebaliknya, seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratik. Untuk kriteria karyawan yang memiliki tipe teori X adalah karyawan dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya karyawan yang memiliki tipe teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya. Tipe Y ini adalah tipe yang sudah menyadari tugas dan tanggung jawab pekerjaannya.

Kekuasaan / Power
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Kekuasaan dapat dilihat dari 2 sudut pandang yaitu keuasaan bersifat positif dan negatif.

Kekuasaan bersifat positif 

merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat mempengaruhi dan merubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.

Kekuasaan bersifat Negatif 

Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri terkadang tidak dapat menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.

Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan menuju kekuasaan selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai politik. Partai partai politik berusaha untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai politik selanjutnya mengirimkan calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif. Dalam pemilihan umum legislatif secara langsung seperti yang terjadi di Indonesia dalam Pemilu 2004 maka calon anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat.
Kekuasaan cenderung korup adalah ungkapan yang sering kita dengar, atau dalam bahasa Inggrisnya adalah Power tends to corrupct. Apa benar?? Memang belum tentu benar, tetapi ungkapan tersebut tentu telah melalui penelitian dan pengalaman bertahun tahun.

Kepuasan Kerja

Definisi

         Newstrom : mengemukakan bahwa “job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their work”. Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang dialami pegawai dalam bekerja

                   Wexley dan Yukl : mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.

                   Handoko : Keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

                   Stephen Robins : Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan Pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh Pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Apabila dilihat dari pendapat Robin tersebut terkandung dua dimensi, pertama, kepuasan yang dirasakan individu yang titik beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

  1. Schemerhorn mengidentifikasi lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu
  2. Pekerjaan itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
  3. Penyelia (Supervision), Penyelia yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, penyelia sering dianggap sebagai figur ayah/ibu dan sekaligus atasannya.
  4. Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan sebagai pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
  5. Promosi (Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
  6. Gaji/Upah (Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

Aspek-aspek lain yang terdapat dalam kepuasan kerja disebutkan oleh Stephen Robins :

  1. Kerja yang secara mental menantang, Karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan.
  2. Ganjaran yang pantas, Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak kembar arti, dan segaris dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Tentu saja, tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
  3. Kondisi kerja yang mendukung,Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
  4. Rekan kerja yang mendukung, Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan seorang juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi mendapatkan bahwa kepuasan karyawan ditingkatkan bila penyelia langsung bersifat ramah dan dapat memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu minat pribadi pada mereka.
  5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka. 

Friday, 6 May 2016

Standar Pengukuran Kualitas Software


1.1 Model pendekatan kualitas

Beberapa model pendekatan kualitas pada umumnya secara definisi dapat dikelompokkan menjadi:
Standar Kualitas Software

·         Pendekatan kualitas dengan pendekatan transendensi
Pendekatan ini dikenal dan merupakan sinomim untuk sebuah konsistensi standar tinggi untuk funsionalitas dari satu produk. Dalam kontek ini maka kualitas tidak dapat diukur dan didifnisikan secara tepat. Selai itu ada satu postulat yang mengatakan bahwa kualitas tidak dapat dievaluasi hanya berdasarkan pada pengalaman saja. Konsep kualitas tidak dapat didi_nisikan dengan implikasi, hanya sebagai konsep \keindahan" yang tidak dapat dide_nisikan dari implikasi.

·         Pendekatan yang berhubungan dengan produksi
Pada pendekatan ini maka kualitas dapat diukur dengan presisi. Pada pendekatan ini maka dapat dimungkinkan membuat rangking dari produk berbeda dari katagori yang sama

·         Pendekatan yang berhubungan dengan pemakai
Pada pendekatan ini maka kulaitas lebih ditentukan oleh pemakai produk dibandingkan daripada produk itu sendiri. Menurut pendekatan ini maka produk yang memiliki kualitas baik adalah produk yang dapat memuaskan keinginan pemakai secara baik.

·         Pendekatan proses
Pendekatan ini berhubungan dengan reanilitas untuk melaksanakan spesikasi yang telah ditetapkan dan menjaga kondisi ideal dati fabrikasi. Pendekatan ini banyak digunakan pada model industri yang ada pada saat in. Pengecekan kualitas secara presisis ditujukan untuk mereduksi biaya kesalahan dan revisi.

·         Pendekatan rasio hubungan harga/kemampuan pemakaian (Leistungfahigkeit)


Pada pendekatan ini melibatkan hubungan antara harga dab kualitas. Pada konteks ini, maka kualitas dari satu produk adalah produk yang dirancang untuk pemakaian tertentu dengan harga yang dapat terjangkau oleh pemakai atau sebagai konfirmasi antara spesikasi dan biaya.

1.2 Kriteria Kualitas Perangkat Lunak
Kualitas Perangkat Lunak adalah tingkat kemampuan perangkat lunak memproses atribut dari kombinasi yang diinginkan. Atribut masing masing dide_nisikan lebih lanjut. Faktor penentu kualitas adalah sebagai berikut:

·         Efiesiensi pemanfaatan sumber daya komputasi yang ada
Kemampuan atribut yang berhubungan dengan tingkat performance dari Sumber Daya yang digunakan dalam kondisi tertentu.



·         Efisiensi Waktu
Kemampuan perangkat lunak untuk memproses satu perintah fungsi tertentu atau melaksanakan fungsi tertentu pada rentang waktu tertentu  Efisiensi Sumber Daya Kemampuan perangkat lunak untuk melakukan fungsi tertentu pada kondis tertentu atau hasil kondisi tertentu terhadap penggunaan sejumlah sumber daya.

·         Fungsionalitas
Atribut yang menggambarkan keberadaan tertentu dari properti properti dan fungsi fungsi tertentu yang memberikan kondisi kepuasan atau keinginan pemakai.

·         Kelengkapan
Tingkat kualitas dimana perangkat lunak memproses fungsi yang diperlukan untuk memenuhi keinginan pemakai
  • Kebenaran, Tingkat dimana semua fungsi memiliki spesifikasi sendiri
  • Sekuriti, Tingkat kualitas dimana perangkat lunak dapat menditeksi dan mencegah kelemahan, kehilangan ilegal informasi dan kerusakan data sumber daya.
  •   Kompatibilitas, Tingkat kualitas dimana perangkat lunak baru dapat diinstal tanpa perubahan kondisi dan lingkungan kerja dengan tersedianya kemungkinan peyiapan dan penggantian perangkat lunak.
  • Interopalibitas, Tingkat kualitas dimana perangkat lunak dapat berkomunikasi dengan mudah dengan sistem lain dan diporeasikan dengan mudah.
  • Pemeliharaan, Satu atribut yang menggambarkan kemampuan yang diperlukan untuk modifikasi khusus.
·         Perbaikan
Tingkat kualitas yang berhubungan dengan kemampuan untuk membenahi kesalahan atau error dan pembenahan dapat ditangani seuasi dengan keingginan pemakai.
  • Pengembangan atau Kemampuan untuk Ekspansi,Tingkat kualitas dari usaha yang diperlukan untuk meningkatkan atau memodifikasi dari efisiensi kerja atau fungsi fungsi perangkat lunak
  • Pengujian Tingkat kualita pengujian perangkat lunak seperti yang diperlukan untuk melakukan pengetesan perangkat lunak


·         Portabilitas
Atribut kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perangkat lunak untuk ditransfer dari envirinmet tertentu ke envirinmen yang lain

·         Ketergantungan pada perangkat keras
Tingkat kualitas yang menunjukan ketergantungan perangkat lunak pada perangkat keras tertentu. Seharusnya perangkat lunak tidak tergantung dari perangkat keras 
  • Ketidaktergantungan pada perangkat lunak bantuan, Tingkat kualitas perangkat lunak akan driver pada spesi_k perangkat lunak tertentu
  •  Kemampuan InstalasiTingkat usaha untuk mengatur perangkat lunak untuk mencapai kondisi tertentu, pada tingkat mana perangkat lunak dapat digunakan kembali pada aplikasi yang lain daripada hanya untuk satu aplikasi original.

·         Reliabilitas
Atribut yang menggambarkan kemampuan perangkat lunak untuk mempertahankan tingkat performance level nya pada kondisi tertentu dan rentang waktu tertentu
  • Ketiadaan defisiensi, Tingkat kualitas dimana perangkat lunak tidak terdapat atau ditemukan error atau kesalahan yang tak terditeksi.
  •  Tolerasi Kesalahan atau Error, Tingkat kualitas yang menggambarkan batasan toleransi dimana perangkat lunak akan terus berfungsi tanpa  adalanya kesalahan yang menyebabkan kerusakan langsung dan tidak langsung pada data pemakai

Dalam konteks ini termasauk di dalamnya adalah tingkat kemampuan beroperasinya fungsi yang ada untuk recovery dan beroperasi kembali


Ketersediaan
Tingkat kualitas yang menggambarkan kemampuan perangkat lunak akan masih tetap beroperasi pada saat adanya kesalahan system

·         Usabilitas
Atribut yang menggambarkan usaha untuk menggunakan (termasuk persiapan penggunaan dan evaluasi hasil) dan menggambarkan tugas dari kegunaan fungsi dari pemakai

·         Kepahaman
Jumlah pemakai yang memerlukan usaha ekstra untuk bisa mengerti dan memahami perangkat lunak
  • Kemudahan untuk belajar, Tingkat kualitas yang menggambarkan usaha yang diperlukan oleh pemakai untuk mengerti perangkat lunak. Kondisi ideal adalah usaha yang dilakukan seminimal mungkin.
  • Operabilitas, Tingkat kualitas yang menggambarkan kesesuaian perangkat lunak pada tujuan dan sasaran pemakaian serta menggambarkan karakteristik psikologis pemakai termasuk didalamnya faktor ergonomis seperti warna, ukuran, suara dan lain sebagainya.
  • Kemampuan berkomunikasiTingkat kualitas yang menggambarkan bahwa perangkat lunak dirancang sesuai dengan karakteristik psikologis dari pemakai.


 Pengukuran Kinerja
Untuk memahami dan mengintepretasikan pengujian kinerja tersebut berikut ini dijabarkan beberapa dasar teoritis yang melatar-belakangi suatu pengukuran kinerja sistem komputer.
Kinerja pada suatu sistem komputer dide_nisikan dengan :

“is the degree to which a computing system meets the expectation of the person involved with it “ (Doherty, W.J.(1970), Schedulling TSS/360 for Responsiveness, AFIPS Proc. FJCC, 1970, pp. 97-111)
  • Ketiadaan defisiensi ,Tingkat kualitas dimana perangkat lunak tidak terdapat atau ditemukan error atau kesalahan yang tak terditeksi.
  • Tolerasi Kesalahan atau Error, Tingkat kualitas yang menggambarkan batasan toleransi dimana perangkat lunak akan terus berfungsi tanpa  adalanya kesalahan yang menyebabkan kerusakan langsung dan tidak langsung pada data pemakai.


Dalam konteks ini termasauk di dalamnya adalah tingkat kemampuan beroperasinya fungsi yang ada untuk recovery dan beroperasi kembali Definisi kinerja sistem komputer berdasarkan aspek perekayasaan perangkat lunak (Software  Engineering):

“is the e_ectiveness with which the resource of the host computer system are utilized toward meeting the objective of the software system” (Graham, R, M. (1973). Performance prediction, Advances Courses on Software Engineering, Springer Verlag, 1974, pp.395-463.)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja suatu sistem komputer adalah : “seberapa baik suatu sistem memungkinkan pengguna melakukan yang diinginkannya".
Dan dapat diinterpretasikan pula “seberapa baik sistem bekerja sesuai dengan yang direncanakan ".
Pengukuran kinerja sistem dibutuhkan untuk beberapa evaluasi :

  • Comparative Evaluation . Kinerja suatu sistem dievaluasi relatif kepada sistem lainnya. Kegunaan dari evaluasi ini misal untuk proses pembelian perangkat lunak baru, atau pernagkat keras baru, memilih service komputasi, dan juga mengevaluasi perubahan sistem untuk modifikasi.


  • Analytic Evaluation . Kinerja dari sistem komputer dievaluasi berdasarkan beberapa paremter sistem. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk meningkatkan kinerja sistem (performance tuning), melakukan perawatan sistem (performance control), dan mendisain serta mengimplementasi sistem baru.


Kinerja suatu sistem sendiri dapat mengalami degradasi karena beberapa hal, misal :
  • Kecepatan atau kapasitas dari beberapa komponen sistem menyebabkan komponen sistem lainnya tak dapat bekerja dengan kecepatan maksimum.
  • Interferensi yang disebabkan oleh permintaan secara simultan dari 2 atau lebih dari komponen tertentu untuk saling berkomunikasi ketika permintaan tersebut dapat diproses secara sekuensial.
  •  Karaktersitik dari beban kerja (workload) sistem.


Pengukuran kinerja hanya dapat  dispesifikasikan kepada jenis dan tujuan dari system yang dievaluasi, workload, dan fungsi dari evaluasi itu. Pengukuran kinerja ini harus terde_nisi dengan baik dan jelas, karena merupakan “framework" bagi seluruh proses evaluasi. Serta dapat melakukan reproduksi hasil atau  perulangan pengukuran dengan tepat. Seperti diketahui kinerja dari suatu sistem computer adalah fungsi dari :

  • Konfigurasi sistem
  • Kebijakan pengelolaan sumber daya (Resource management policies)
  • Efisiensi program dari sistem yang digunakan

Ketiadaan defisiensi,
Tingkat kualitas dimana perangkat lunak tidak terdapat atau ditemukan error atau kesalahan yang tak terditeksi.
  • Tolerasi Kesalahan atau Error, Tingkat kualitas yang menggambarkan batasan toleransi dimana perangkat lunak akan terus berfungsi tanpa  adalanya kesalahan yang menyebabkan kerusakan langsung dan tidak langsung pada data pemakai.
  • Dalam konteks ini termasauk di dalamnya adalah tingkat kemampuan beroperasinya fungsi yang ada untuk recovery dan beroperasi kembali
  • Efiektifitas instruction set dari processor yang digunakan
  • Kecepatan perangkat keras
  • Untuk sistem yang terhubung dengan jaringan kinerja subsistem jaringan juga Termasuk
Komponen suatu sistem akan mempengaruhi kinerja sistem secara keseluruhan melalui interkasi yang mutual antar masing komponen. Sehingga kinerja bisa didiskusikan dalam posisi yang berbeda :
  • Efectiveness dari sistem ketika menangani aplikaisi tertentu. Hal inilah yang terlihat oleh pengguna sistem. Untuk tujuan ini digunakan pengukuran dengan pendekatan stimulus (Stimulus approach). Pada pendekatan ini sistem dianggap suatu kotak hitam (black box) yang memiliki fungsi tertentu yang diketahui. Pengukuran dilakukan dengan mengobeservasi sistem berdasarkan suatu benchmark atau suatu simulator. Metoda ini memang cepat tapi kurang detail memberi gambaran akan kinerja sistem.
  • Internal efeciency , yaitu melakukan pengamatan terhadap mekaniisme sistem mengatur sumber daya yang dimilikinya untuk menangani beban kerja. Untuk tujuan ini dilakukan pengukuran dengan pendekatan analitis (Analytic approach ). Pengukuran ini berusaha mengukur perilaku internal dari sistem. Dengan tujuan untuk menguji apakah sistem bekerja dengan benar, mengisolasi kemungkinan kesalahan, serta memahami sistem dan lingkungan kerjanya.
Pada dasarnya pada kedua pendekatan di atas memiliki paramter yang berbeda untuk menjabarkan kinerja sistem. Pengukuran yang dilakukan oleh Mindcraft pada dasarnya adalah pengujian “efektifitas" sistem maka berikut ini akan dijabarkan parameter yang biasanya digunakan pada suatu pengukuran sistem dengan pendekatan tersebut (Wiryana, 1998) :
  •  Throughput. Jumlah kerja yang diselesaikan untuk satu satuan waktu pada beban kerja yang diberikan.
  • Relative throughput . Waktu yang dibutuhkan untuk memproses beban kerja pada sistem 1 relatif ke waktu yang dibutuhkan pada sistem 2 untuk beban yang sama.
  • Kapabilitas (Kapasitas) . Jumlah kerja maksimal yang dapat ditangani pada satu satuan waktu untuk beban kerja yang diberikan.
  • Turnaround time . Waktu antara suatu pekerjaan diberikan pada suatu sistem dan hasil yang diterima
  • Response time . Waktu untuk suatu transaksi pada sistem interaktif atau sistem sesungguhnya.
  • Availibilitas , prosentase sistem dapat tersedia dan bekerja melayani pengguna 

2.1 Workload
Untuk menguji kinerja sistem komputer biasanya digunakan suatu \workload buatan". Workload sesungguhnya biasanya tidak dapat direproduksi. Tetapi bila sifat statistik dari workload sistem tidak berubah maka secara statistik dapat diakatakan workload dapat direproduksi. Sehingga dengan asumsi workload ini memungkinkan untuk :
  • Menentukan kareketeristik workload dengan distribusi dari permintaan yang dilakukan pada reosurce sistem.
  • Mendefinisikan suatu satuan \kerja" dan menyatakan beban kerja dengan “satuan kerja dasar" ini.
Untuk menentukan workload yang digunakan maka perlu dipertimbangkan beberapa hal :
  • Representativeness. Apakah suatu model beban kerja dapat mewakiliki kondisi sesungguhnya.
  • Fleksibilitas. Apakah beban kerja tersebut dapat diubah.-ubah dengan mudah atau hanya memiliki satu model yang tetap.
  • Kesederhanaan penyusunan.
  • Compactness. Apakah model beban kerja tersebut merupakan satu kesatuan sistem pengukuran atau menggunakan berbagai sistem.
  • Biaya untuk menggunakan model tersebut.
  • Ketergantungan platform. Apakah model tersebut dapat diterapkan pada platform yang berbeda atau hanya berlaku untuk satu jenis platform
  • Reprodusibilitas. Apakah model beban kerja tersebut dapat diulang untuk melakukan pengukuran yang sejenis. Ini bertujuan untuk dapat melakukan validasi terhadap pengukuran kinerja.
  • Kompatibilitas. Tidak saja terhadap sistem perangkat keras tetapi juga terhadap perangkat lunak yang digunakannya.

Kinerja suatu sistem komputer adalah suatu reaksi untuk suatu workload (beban kerja) yang spesifik. Sehingga untuk mengevaluasi kinerja suatu sistem komputer workload yang tepat haruslah dipilih. Karakter workload haruslah mampu mendemonstrasikan faktor-faktor yang penting. Workload ini bekerja sebagai suatu model bagi sistem sesungguhnya. Fungsi dari penggunaan model workload :

  • Menyediakan suatu representasi dari workload untuk kebutuhan evaluasi kinerja sebagai perbandigan pada sistem yang berbeda.
  • Menyediakan suatu lingkungan terkendali yang dapat mereproduksi hasik perccobaan pengkuran kinerja untuk tujuan studi optimasi 
  • Mengurangi kuantitas data yang harus dianalisis.
  • Memberikan workload pada sistem pada bentuk yang dibutuhan oleh model sistem.
Satu-satunya benchmark yang valid adalah benchmark yang dilakukan sendiri, dengan menggunakan aplikasi yang akan digunakan pada lingkungan komputasi produksi atau lingkungan pemakaian sesungguhnya, dengan menggunakan jaringan sesungguhnya.  Benchmark yang dilakukan di tempat lain sebetulnya tidak menggambarkan hal yang sama.

Pengujian usabilitas
3.1 Usabilitas
Pada bahasan User Interface yang lebih diutamakan adalah usability (usabilitas) sistem. Usabilitas dari suatu sistem ditentukan dari bagaimana kemudahan user mememenuhi tugasnya. Definisi usability menurut Shackel(1993) adalah : 

The capability of human functional terms to be used easily and e_ectively by the speci_ed range of users, given specific training and user support, to ful_l the specified range of tasks, within the specified range of environment scenario

Memang definisi tersebut masih kental dari sudut pandang anthropometric ataupun biomekanis Artinya kenyamanan fisik lebih dititik beratkan sehingga Chapanis (1993) mendefinisikan usability lebih jauh sebagai :

The usability of computer is measured by how easily and e_ectively the computer can be used by a specific set of users, given particular kinds of supports, to carry out

Dari kedua definisi tersebut jelas suatu pengukuran usabilitas tidak dilakukan ketika user baru memakai sistem. Tetapi dilakukan setelah user melalui masa pelatihan dan mendapat dukungan yang cukup (manual dan sebagainya) Pada sudut pandangan teknologi informasi usability dapat diformulasikan sebagai berikut (Sweeney et al., 1993).

Usability is emergent quality of an optimum design which is reected it the efective and satisfying use of the IT

Berdasarkan kriteria tersebut usability dapat diukur dengan mempertimbangkan beberapa hal :
·        Optimum . Terkait dengan analisis cost-benefit, dan kompromi.

Efektif . Berkaitan dengan e_siensi dan produk_tias penggunaan, di antaranya kecepatan, diselesaikannya tugas, betul tidaknya tugas diselesaikan, yang dicapai oleh interaksi pengguna dengan sistem. Hal ini sangat kontekstual sifatnya

·         Kepuasan .
Ini berkaitan dengan emosi kepuasan pengguna terhadap produk yang dipakai. Pengukuran tidak hanya berlangsung pada awal penggunaan tetapi setelah melalui pelatihan dan penggunaan pada waktu tertentu.

Pengujian usabilitas
·         User, task and environment . Karakteristik ini harus juga dipertimbangkan.
    Biaya . Hal ini berkaitan dengan investasi yang harus dilakukan pengguna untuk mencapai usabilitas pada level yang diingainkan, termasuk biaya fisik, dan non fisik.Usability dapat dipandang dari tiga faktor utama :
  •  Learnability , yaitu kemudahan pengguna baru untuk mulai secara efektif berinteraksi dan mencapai kinerja yang optimal.
  • Fleksibilty , yaitu beragam cara yang disediakan oleh sistem untuk memungkinkan user dan sistem bertukar informasi. Sehingga eksibilitas ini harus menjamin bahwa si user tidak hanya terpaku pada satu pola dialog .
  • Robustness , tingkatan berbagai dukungan yang disediakan bagi user untuk menentukan tercapainya tujuan. Artinya bila suatu cara gagal maka masih ada cara lain untuk mencapai tujuan tersebut.


Satu persatu akan dibahas prinsip dasar dari penilaian suatu user interface. Pertama adalah prinsip 'learnability ' yang sering disalah artikan sebagai user friendly . Learnability sendiri mempertimbangkan bagaimana suatu user interface memungkinkan pengguna baru pertama kali menggunakan sistem tersebut dapat segera menggunakan sistem tersebut. Prinsip ini sendiri memiliki prinsip-prinsip :
  • Predictability. User dapat menentukan akibat kemudian atas aksi yang dilakukan berdasarkan interaksi yang pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan sejarah apa yang dilakukan user dapat memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya ketika suatu aksi dilakukan. Hal ini terkait dengan kemampuan pengguna menentukan efek dari operasi pada sistem. Prinsip ini terkait dengan Operation Visibility yaitu kemampuan pengguna untuk mengetahui operasi yang dapat dilakukan
  • Synthesizability . Memungkinkan user memperkirakan langkah yang sebelumnya dilakukan berdasarkan kondisi saat ini. Ini berarti user telah membentu suatu mental model bagaimana sistem bekerja. Prinsip ini berkaitan dengan Immediate/Eventual honesty
  • Familiarity . Berdasarkan pemahaman user atas pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya baik pada dunia nyata maupun pada komputer dapat dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan sistem yang baru. Yang perlu diperhatikan adalah, setiap kultur memiliki representasi simbol yang berbeda, sehingga sistem yang memiliki 'keluwesan' tinggi untuk membentuk metaphora akan menjamin terbentuknya familiarity ini. Terkait dengan guessability yaitu kemampuan pengguna menebak fungsi suatu obyek, dan Affordance , yaitu kemampuan pengguna memperkirakan operasi yang dapat dilakukan oleh obyek tersebut.
  • Generalizability . Sistem memungkinkan pengguna mempraktekan pengetahuan umumnya untuk interaksi khusus berdasarkan aplikasi yang berbeda ketika berada pada situasi yang  serupa.
  • Consistency . Kemiripan perilaku pada situasi serupa pada obyek task yang serupa.


Sedangkan faktor exibility terdiri dari
  • Dialogue initiative . Memberikan kebebasan pada user akan terbatasnya dialog masukan yang disediakan oleh sistem. Sehingga user dapat memilih untuk melakukan operasi apakah dengan dialog dengan metaphora click atau dengan menggunakan command line. Berkaitan dengan prinsip System/User pre-emptiveness , artinya apakah user dapat memulai interaksi atau hanya menunggu awal interaksi dilakukan oleh sistem. Secara umum biasanya diinginkan bahwa pengguna lebih menentukan saat dimulainya interaksi.
  • Multi-threading . Kemampuan sistem untuk mendukung interaksi pengguna melakukan task lebih dari satu pada saat yang sama. Sehingga sistem tidak diam setelah user memberikan perintah. Berkaitan dengan prinsip Concurrent vs interleaving , concurent memungkinkan komunikasi simultan untuk task yang berbeda, sedangkan interleaving memungkinkan pelaksanaan task yang berbeda dan pada saat tertentu dapat dilakukan bersamaan, multimodality berkaitan dengan jumlah kanal untuk melakukan interaksi lebih dari satu.
  • Task migrability . Kemampuan memberikan kendali untuk mengeksekusi tugas tertentu sehingga menjadi pertukaran kendali antara user dan system dapat berlangsung dengan baik. Pengguna dengan mudah menghentikan suatu proses, meneruskan kembali proses tersebut, mengatur proses berjalan di background atau di depan, tanpa harus menunggu sistem menyelesaikan tugasnya
  • Substitutively . Memungkinkan pemberian nilai masukan yang ekuivalen. Misal entah menggunakan pemilihan list _le, atau memasukkan nama _le. Begitu juga sebaliknya. Sehingga di sinilah berperannya penilaian atas kemampuan user interface menangani regular expression . Berkaitan dengan prinsip Representation multiplicatiy, equal opportunity
  • Customizability , kemudahan user interface dimodi_kasi oleh pengguna atau oleh sistem. Sehingga user tidak terbatas dengan menggunakan metaphora, ataupun mekanisme tunggal. Sistem harus secara eksibel dapat dengan mudah dikustomisasi. Prinsip ini berkaitan dengan prinsip adaptitivy adalah proses pengubahan yang initiatif dilakukan oleh pengguna dan adaptability adalah proses pengubahan yang intiiatif dilakukan oleh sistem.

Sedangkan aspek robustness terdiri dari prinsip :

  • Observability . Kemungkinan pengguna mengevaluasi kondisi internal system dari representasi yang diterima saat ini. Sehingga user tidak 'buta' apa yang terjadi pada sistem. Hal ini berkaitan dengan prinsip Browsability yaitu kemampuan pengguna mengeksplorasi kondisi internal dari sistem berdasarkan interpretasi di user interface, static/dynamic defaults pengisian nilai default ini akan menolong user untuk memberikan masukan, reachability berkaitan dengan kemungkinan bernavigasi diantara keadaan sistem yang dapat diobservasi, persistence tenggang waktu pengaruh dari suatu aksi komunikasi yang dilakukan oleh user, operation visibility yaitu kemungkian pengguna mengetahui operasi yang sedang dilakukan oleh sistem.
  • Recoverability , kemampuan pengguna uktuk memperbaiki aksi yang dilakukan  ketika diketahui terjadi suatu kesalahan. Terkait dengan prinsip reachability , forward/backward recovery , proses perbaikan kesalahan ini dapat dilakukan inisiatif oleh user ataupun sistem baik pada arah maju ataupun mundur, commensurate e_ort , jika sangat sulit untuk melakukan 'undo' pada suatu pengaruh pada suatu state maka akan sulit pula melakukan aksi tersebut. Sebaliknya bila mudah melakukan 'undo' maka harus mudah pula mengulanginya (redo).


Responsiveness , bagaimana user menerima laju komunikasi dengan sistem. Sehingga ketika user berinteraksi tidak terlalu lama menunggu. Terkait dengan prinsip stability yang berkaitan dengan variasi tengang waktu system bereaksi haruslah sekecil mungkin 

  • Task conformance . Suatu sistem interaktif memiliki tujuan agar pengguna dapat melakukan tugasnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan pada suatu domain. Sehingga perlu dipertimbankan apakah sistem mendukung penyelesaian tugas pada domain tersebut, atau apakah sistem mendukung hal tersebut sesuai dengan yang diinginkan oleh pengguna. Task completeness berkaitan tentang cakupan permasalahan tugas dan task adequacy berkaitan dengan pemahaman pengguna terhadap tugas yang harus dilakukannya.


Sehingga menjadi wajar untuk mempertanyakan pernyataan userfriendly .... yang sudah mendarah daging , berarti hal yang dibicarakan adalah tingkat familiarity dari pengguna terhadap sistem yang lama, bukan usability sistem. Seringkali orang secara cepat dan gampang melakukan penilaian atas user friendly Tidak bisa dengan langsung melihat bisa dilakukan penilaian sekilas. Jelas terjadi pemahaman yang salah akan istilah user friendly dengan familiarity yang mendorong ke arah easy to learn (sengaja digunakan terminologi asli yang digunakan dalam bahasa ilmiah pada bidang user interface). Belum tentu suatu aplikasi yang easy to learn adalah user friendly, begitu juga belum tentu suatu aplikasi yang user friendly akan easy to learn. Dua hal ini harus dibedakan, yang penting adalah 'usabilitas ' dari aplikasi. Saya kutipkan lagi dari buku User Interface Design, suatu disain sistem user interface yang baik haruslah :
  •  Spesi_k untuk tugas tertentu
  • Harus memiliki kinerja yang terprediksi
  • Proses disain haruslah bersifat iteratif
  • Desain harus memiliki kemampuan mengendalikan daripada melakukan evaluasi
  • Disain harus sederhana


 Dari persyaratan di atas jelas bahwa eksibilitas untuk melakukan kustomisasi adalah berperah penting untuk menjaga disain yang baik. User interface yang memberikan harga mati sangat sulit untuk dikembangkan agar sesuai dengan tugas tertentu dan user tertentu. Dalam menilai suatu user interface apakah buruk atau baik, tidak bisa dilakukan secara serampangan hanya dengan cara mencap kurang user friendly . Metoda evaluasi telah tersedia, misal salah satunya telah ada metoda yang secara standard  dapat dijadikan acuan, misal ISO 9241



Dari standard tersebut tampak bahwa untuk menilai suatu user interface learnability yang dipengaruhi familiarity dari 'mental model ' dan 'conceptual model ' hanyalah merupakan salah satu komponen. Sebagaimana digambarkan pada gambar di atas. Ketika si disainer merancang sistem. Maka dia mengira-ngira bekerjanya sistem ini yang disebut dengan 'conceptual model '. Begitu juga si disainer juga mengira-ngira bagaimana kerja si pengguna ini yang dikenal dengan istilah 'cognitive model '. Ketika sistem dijalankan, maka dalam benak si pengguna dia memiliki bayangan harus bagaimana sistem bekerja ini yang disebut 'mental model ', begitu juga di mesin dieksekusi suatu model (secara abstraksi) mengenai bagaimana perilaku dari si pengguna ini yang disebut 'system model of operator '. Obyek dari user interface akan berusaha membuat agar antara 'system model of operator ' cocok dengan 'cognitive model ', dan 'mental model ' yang terbentuk di operator sesuai dengan 'conceptual model ' dari disainer. Bila kondisi ini tercapai maka user interface akan memberikan hasil yang baik.

3.2 Metoda pengujian usabilitas
Untuk dapat menilai suatu user interface (apalagi sistem Window) tidak bisa sekedar melihat dan menggunakan dalam beberapa menit. Beberapa metoda evaluasi haruslah diterapkan, misal pada saat disain dilakukan metoda evaluasi seperti berikut :

Cognitive walkthrough . Metoda ini diilhami oleh teori psikologi, evaluasi cara ini dilakukan secara informal dan bersifat subyektir. Dilakukan dengan cara menjelajahi penggunaan sistem

Tujuannya untuk mengevaluasi system terutama ketika pengguna belajar melakukan tugas tertentu. Biasanya evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui :
  • Apakah akibat interaksi tersebut pada user
  • Proses kognitif apakah yang terjadi
  • Permasalahan 'learning' apakah yang timbul
Heuristic evaluation . Metoda ini hampir mirip dengan cognitive walkthrough akan tetapi melibatkan seorang pakar yang menilai disain  berdasarkan kriteria usabilitas. Kriteria ini misalnya :
  • Perilaku sistem dapat diprediksikan
  • Perilaku sistem konsisten
  • Umpan balik disediakan oleh sistem
  • Memori pengguna tidak terlalu dibebani
  • Dialog bersifat task-oriented
Review based evaluation . Pada evaluasi ini seorang reviewer akan menguji dan melakukan ekspreimen. Evaluasi akan mempertimbangkan perbedaan antara hasil eksperimen dengan disain yang ada.

Model based evaluation . Pada metoda ini dilakukan evaluasi berdasarkan kriteria model dan tiap bagian disain. 
Untuk mengevaluasi sistem yang telah diimplementasikan dapat imanfaatkan beberapa metoda misal
  • Empirical method : dengan evaluasi melalui eksperimen. Memanfaatkan alat bantu statistik, untuk menghitung performance pengguna pada sistem. Jumlah dan jenis percobaan haruslah mewakili keadaan sesungguhnya
  • Observational techniques . evaluasi ini bisa dilakukan dengan berbagai teknik misal :  Think aloud . Pada teknik evaluasi ini, pengguna sebenarnya pada suatu sistem diobservasi  ketika berinteraksi dengan sistem. Biasanya mereka diminta melalukan suatu task, dan ketika melakukan hal itu mereka akan 'meneriakkan' apa yang ada dipikirannya, pertimbanganya,dan keputusan aksi yang dilakukannya. Cara ini cukup menarik karena :
  • Proses ini termasuk mudah dan dapat digunakan ,Pengguna didorong untuk memberikan kritik
  • Evaluator dapat menemukan letak interaksi yang membingungkan dan dapat meningkatkan efekti_tas sistem dengan cara menentukan permasalahannya
  • Protocol analysis. Dengan cara ini dilakukan pencatatan aksi yang dilakukan user. Dapat digunakan beragam metoda dan alat bantu :
  • Kertas dan pensil
  • Audio recording
  •  Video recording
  •  Computer logging
  • User notebooks
  • Autamatic protocol analysis. Dengan perangkat bantu analisis ini maka dapat dilakukan analisis interaksi user interface. Misal beberapa tool :
·         Experimental Video Annotator (EVA)
·         Workplace project dari Xerox PARC

·     Post-task walkthrough. Kadang kadang data evaluasi dari observasi langsung pada suatu saat tertentu tak dapat iinterpretasikan. Untuk mengetahui alasan pelaksanaan aktion maka perlu dilakukan evaluasi cara ini. Sebab kadang pengguna tak dapat 'bercerita' ketika sedang melakukan suatu aksi, terutama ketika saat kritis dan sebagainya.

·      Query technique . Metoda yang tidak terlalu formal ini dilakukan dengan bertanya pada user. Biasayna merupakan evaluasi pelengkap. Bisa dilakukan dengan :
  • Interview . Biasanya pengguna akan ditanya, kesan-kesan menggunakan sistem ketika melakukan sesuatu tugas. Interview akan dilakukan baik bila telah dilakukan perencanaan di awal. Interview ini akan merupakan evaluasi 'high-level' yang akan mencoba menangkap, preferensi user, impresi dan perilaku.
  • Questioner . Cara ini memang kurang eksibel dibanding interview. Tetapi lebih mudah dilakukan dan memakan waktu lebih singkat. Biasanya dapat dilakukan variasi pertanyaan antara lain :
Pertanyaan bersifat umum. Untuk memahami latar belakang pengguna.

  1.  Pertanyaan dengan jawabab bebas (open ended). Untuk meminta saran dari user akan sistem.
  2. Skalar. Hal ini bertujuan agar pengguna menilai dengan menggunakan skala numerik.
  3. Pilihan ganda. Biasanya untuk menentukan hal manakah yang lebih disukai oleh user Rangking. Biasanya untuk mengetahui preferensi pengguna